Month: May 2021
Kualitas di Pekerjaan, Kuantitas di Keluarga
Selama ini saya pikir kita perlu punya waktu berkualitas bersama keluarga, setelah seharian bekerja. Ternyata saya salah!
Bekerjalah Sesuai Dengan Jam Kerja Anda
Guna menjaga keseimbangan hidup, Anda harus memutuskan untuk bekerja sesuai dengan jam kerja Anda. Ketika Anda mulai bekerja, pusatkan perhatian Anda dan bekerjalah sepanjang waktu penuh. Mulailah sedikit lebih awal, tinggalah sedikit lebih lama, dan bekerjalah sedikit lebih keras. Jangan menyia-nyiakan waktu.
Setiap menit yang Anda gunakan untuk mengobrol dengan rekan kerja Anda adalah waktu yang diambil dari pekerjaan yang harus Anda selesaikan apabila Anda ingin tetap mcmpertahankan pekcrjaan Anda.
Bahkan yang lebih parah lagi, waktu yang Anda sia-siakan di pekerjaan seringkali harus diambil dari waktu yang seharusnya Anda gunakan bersama keluarga Anda. Anda harus bekerja lebih lama atau membawa pulang pekerjaan dan mengerjakannya pada malam hari.
Dengan tidak bekerja secara efektif dan efisien selama waktu kerja, Anda menciptakan ketegangan yang tidak perlu serta membuat keluarga Anda kehilangan sosok yang baik yang seharusnya mereka temukan dalam diri
Anda.
Kaidah: Yang penting adalah kualitas waktu di pekerjaan dan yang berarti adalah kuantitas waktu di rumah.
Disarikan dari: Eat That Frog! – Brian Tracy
Certain Death vs Possible Death
Kemarin saat meting mingguan bersama team sales, terucap curhat seperti ini:
“Pak, si Fulan gak jadi training kata bossnya lagi penghematan.”
“Mas, Pak Boy cancel paket konsultasi, dia bilang mau jalan as-it-is dulu saja.”
Saya segera membesarkan hati mereka dengan mengatakan,
“Yo Wess, gpp. Belum jodoh. Mungkin ini malah jadi PR kita untuk memberikan edukasi yang lebih baik kepada para pebisnis dan profesional mengenai pentingnya melakukan audit dan update terhadap rencana strategis perusahaan maupun pengembangan SDM-nya.”
Pagi ini sambil menyeruput kopi, saya berdiskusi di group thinktank dengan mentor saya yang nama panggilannya: Mbah Dragon. Beliau menyampaikan mengenai Certain Death vs Possible Death. Nah… supaya bisa berbagi juga dengan Sobat NAS, saya tuliskan saja deh. Semoga sharing ini bisa bermanfaat dan bisa juga di forward ke teman-teman yang membutuhkan.
Intinya gini, saat usahamu menemui masalah atau kendala, jangan cuma berpangku tangan, business as usual saja. Ini namanya Certain Death alias menunggu mati. Walaupun kita diajarkan berpasrah kepada Tuhan tapi bukan ini juga caranya. Ini sama saja tidak mensyukuri anugerah terbesar Tuhan untuk manusia, yaitu: akal budi alias otak.
Alih-alih meratapi nasib, kita harus ambil action atas dasar Possible Death. Bagaimana caranya? Ya… dengan inovasi, menjalankan business unusual. Cek masih sisa berapa uang kas perusahaan… Kirim karyawan-karyawan terbaikmu untuk mengikuti pelatihan. Banyak kok pelatihan berkualitas dengan harga yang affordable. Ikut komunitas, kalau perlu beli paket konsultasi dengan para konsultan bisnis yang punya misi “membangun bangsa” bukan sekedar memperkaya dirinya sendiri.
Apakah dengan inovasi yang mengeluarkan uang extra ini akan berhasil? Ya engga juga… bukan jaminan… tetapi kita sudah berikhtiar. Ini akan terlihat kok sama orang-orang disekitar kita. Sama pelanggan, sama pemasok. Dan akan diapresiasi. Dibandingkan dengan cuma melakukan penghematan membabi buta, karyawan-karyawan Anda akan merasakannya, mereka akan demotivasi, dan pada akhirnya kabar negatif ini akan semakin meluas kemana-mana.
Mbah Dragon membuktikan beliau sudah melewati empat kali krisis, dengan menerapkan inovasi, beliau tidak hanya berhasil survive bahkan growth dari market-share 31%, dimana sebenarnya sudah mulai saturated, berhasil mencapai level dominasi penuh (52.7%). Berarti naik 70%. Luar biasa kan?
Menurut beliau kuncinya ada dua dan harus dilakukan dua-duanya, yaitu:
- Think Out of The Box: rencanakan strategi yang berbeda dengan pola pikir yang umum. kalau kata Om Wiryawan Sofyan, namanya Strategi Berpikir Terbalik; dan
- Keberanian melakukan Action: kalau sudah punya rencana bagus yang out-of-the-box, langkah selanjutnya ya dieksekusi.. dijalankan. Yang membedakan pemenang dengan pecundang adalah pemenang konsisten mewujudkan rencananya sementara pecundang memimpikan rencananya.
Demikian semoga bisa menjadi inspirasi bagi Sobat NAS untuk tidak sekedar mempertahankan, melainkan memenangkan hati para pelanggan, para pemasok, dan para karyawan kalian. Salam (Arief Lestadi – arief@ptnas.id).
Monkey Business alias Bisnis Monyet!
Oh, ternyata ada yang belum paham istilah “monkey business” atau bisnis monyet..Oke, saya coba sederhanakan ya. Istilah monkey business ini berawal dari sebuah cerita legenda..
Di sebuah desa yang banyak monyetnya, tiba2 ada seorg pengusaha kaya yang ingin beli monyet. Dia kasih pengumuman, “Saya mau beli monyet harga 100 rupiah/ekor..” Orang desa bingung, lha ngapain beli ? Kan di desa ini banyak monyetnya ? Tapi karena tergiur duit, mereka tangkepin tuh monyet dan ditukar 100 rupiah/ekor. Penduduk desa kaya.
Tapi lama2 monyet di desa itu habis. Karena langka, si pengusaha bikin pengumuman baru, “Karena langka, harga monyet saya naikkan jadi seribu rupiah/ekor..” Habis bicara begitu, si pengusaha pergi.
Orang2 pun makin ngiler, “Gila, harga monyet jadi seribu. Gua bisa kaya, nih !!” Begitu pikir mereka. Tapi cari monyet susah banget.
Mendadak ada yang dekatin para penduduk desa. Dia ini sebenarnya asisten si pengusaha. Dia bisikin ke telinga orang2, “Gua punya banyak monyet nih. Mau gak lu beli harga 500 rupiah/ekor ? Entar lu jual ke pengusaha seribu. Lu kan dapet untung 500 rupiah/ ekor ?”
“Mau, mau..” Kata penduduk desa. Mereka pun beli monyet dari si asisten seharga 500 rupiah, padahal itu monyet yang dulu dikumpulkan si pengusaha dan mereka jual 100 rupiah/ekor.
Sesudah monyet habis dijual, si asisten pun ngilang. Penduduk desa nungguin si pengusaha yang mau beli monyet yang tidak pernah datang. Sampe akhirnya mereka sadar, mereka tertipu dan rugi 400 rupiah/ekor. Maunya untung, jadinya buntung.
Itulah asal mula cerita “monkey business”. Bisnis isu yang memakan korban mereka yang gelap mata. Ini bisnis udah tua banget umurnya.
Kejadian paling fenomenal ada di tahun 1636, di Belanda, ketika bunga tulip dianggap bisnis yang bisa bikin kaya instan. Banyak orang hancur hidupnya karena invest di tulip ini.
Mereka beli tulip diharga tinggi, karena terpengaruh isu tulip kelak harganya selangit. Udah gitu, mereka ga pernah pegang bunga tulipnya. Yang mereka pegang cuman kertas berisi pernyataan, “Anda pemilik sekian buah bunga tulip seharga sekian gulden..”
Peristiwa ini selalu jadi acuan ketika ada bubble, atau bola pecah, dari bisnis yg dipromokan setinggi langit tapi nilainya ternyata gak ada.
Ada yang untung dari bisnis ini ? Banyak juga. Mereka yang beli monyet diharga tengah dan exit ketika udah dapet cuan lumayan. Mereka ini pintar, ikut gelombang isu tapi gak serakah. Mereka tahu, bahwa ketika bola semakin besar saat diiisi angin terus menerus, pasti kelak akan pecah juga.
Yang rugi ? Jauh lebih banyak dan akhirnya menerima dengan pasrah, “Sudah takdir, mungkin gak untung di bisnis ini..” Biasanya cuman ikut2an dan supaya gak dibilang, “gak gaul lu ah..”
Diceritakan kembali oleh: Denny Siregar
Catatan: banyak sekali bisnis yang seperti ini ramai di Indonesia, dulu ada tanaman Anthurium, batu Akik, Tokek, Janda Bolong, dan yang kami prediksi sedang hangat saat ini adalah cryptocurrency, semacam: BitCoin, dkk. Jangan tergiur… Kalau mau mencoba silakan, tapi gunakan uang dingin. Jangan jual rumah untuk beli coin ya…