Category: NAS
Why Company Need Market Research?

Companies conduct market research for several reasons:
- To understand the target market: Market research helps companies understand the needs, wants, and behaviors of their target customers, which in turn helps them develop more effective marketing strategies and products.
- To assess demand: Market research helps companies understand the level of demand for their products or services, which helps them make informed decisions about production and marketing.
- To identify market trends: Market research helps companies stay up-to-date on the latest trends and changes in their industry, which can inform business decisions and help them stay ahead of the competition.
- To inform product development: Market research can help companies determine what features and benefits customers want in a product, which can inform product development decisions.
- To evaluate competition: Market research can help companies understand the competitive landscape, including the strengths and weaknesses of their competitors, which can inform strategic decisions.
Overall, market research helps companies make informed business decisions and increases their chances of success.
Intuitive Coaching Cards (ICC)

Kenapa Coaching?
Coaching adalah Kemitraan antara Coach dan Coachee dalam proses kreatif dan menggugah pikiran untuk menginspirasi coachee agar dapat memaksimalkan potensi personal dan profesional mereka, merupakan pendekatan well-being yang sangat personal dan individual, memberikan dampak positif yang sangat powerful kepada kepercayaan diri, wellness dan performance seseorang. Ketika seorang manager menerima coaching secara profesional, anggota timnya akan mendapat manfaat mentoring, pengembangan leadership dan coaching culture yang dibawa manager kembali kepada organisasinya.
Apa benefit Intuitive Coaching?
Intuitive Coaching adalah proses kreatif dalam coaching yang tidak hanya menstimulasi pikiran atau sisi rasional dan obyektif dari klien tetapi juga mendorong mereka untuk eksplorasi sisi Intuisi dan Inspirasi, yang sangat mempengaruhi pemahaman, pemilihan, pengambilan keputusan, munculnya ide, dan penentuan langkah dari Klien
Pelatihan ini melatih para leader & individu untuk tidak hanya menggunakan penalaran logika saja, karena mereka yang dipimpinnya adalah manusia yang intuitif, afektif, eksperiensial dan emosional. Menggunakan ilmu tentang intuitive leadership yang banyak diteliti selama 3 dekade terakhir, setiap leader didorong utk mengembangkan intuitive decision making yang tidak hanya bersandar pada sisi rasional semata, tapi juga memberdayakan sisi intuisinya.
Keterangan lebih lanjut bisa mengunjungi microsite kami dengan klik di sini!
Writer: Ir. Budijanto Gunawan, MM, certified coach & national trainer
Lima Faktor Sukses Startup!

Bagi kalian yang sedang mencoba atau hendak mencoba membangun sebuah usaha baru #startup, perlu memperhatikan apa saja yang menjadi kriteria untuk sukses dibidang ini.
Dari riset yang dilakukan di Amerika Serikat (USA) terhadap 200 startup yang berhasil maupun yang gagal. Dapat disimpulkan ternyata ada lima faktor mengapa sebuah startup itu bisa sukses!
Berikut urutannya sesuai prioritas:
1. Timing
Waktu yang tepat itu sangat penting, terutama saat kalian membangun startup dibidang teknologi. Startup yang menggunakan mengadopsi teknologi terbaru yang diluncurkan terlalu dini (early adopter) membutuhkan usaha yang besar untuk berkembang. Karena perlu melakukan edukasi pasar dan untuk ini membutuhkan waktu dan biaya yang besar.
Demikian sebaliknya, jika teknologi yang kita adopsi sudah usang, bisa jadi masyarakat pun sudah tidak berminat lagi, karena dianggap ketinggalan jaman. Kita harus jeli supaya bisnis kita bisa just in-time yang berarti waktunya tepat, tanpa usaha yang berat bisa menghasilkan bisnis yang besar.
2. Team
Memiliki sebuah tim yang solid dan tangguh adalah tidak mudah. Banyak startup yang bubar karena terjadi perpecahan diantara para pendirinya.
Demikian pula saat beralih fase, misalnya dari fase pembibitan (seed) dimana pada fase ini tim yang kita miliki masih relatif kecil dan kekeluargaannya sangat erat, kemudian bertransformasi ke fase bertumbuh (grow), dimana yang dituntut adalah profesionalitas dengan serangkaian KPI atau OKR sebagai performance measurement, bisa jadi sebagian dari anggota tim kita tidak siap dan berguguran.
3. Idea
Startup itu tidak boleh kehabisan ide. Seringkali apa yang menjadi ide awal, saat dieksekusi harus disesuaikan, baik karena adanya tantangan eksternal mapun internal. Kita bisa menggunakan tool PESTEL and SWOT untuk melakukan pemetaan, untuk mendapatkan ide-ide terbaru guna menjawab tantangan-tantangan yang ada.
Idea juga dibutuhkan dalam pengembangan produk dan layanan, supaya kita selalu dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dan tetap berada di depan para kompetitor kita (strive and win).
4. Business model
Banyak startup yang meluncur pada waktu yang tepat, memiliki tim yang bagus dan solid, serta ide-idenya brilliant, namun pada akhirnya terpaksa menyerah dan menutup usahanya. Apa pasal?
Hal ini karena model bisnisnya tidak cocok atau mungkin channelnya sudah dikuasai kompetitor. Untuk itulah diperlukan riset untuk memastikan bahwa model bisnis yang kita lakukan sesuai dengan situasi dan kondisi pasar. Kita harus lebih banyak mendengar para pelanggan dan mitra kita supaya usaha kita terus langgeng.
5. Funding
Ini cukup mengagetkan… Bahwa pendanaan berada pada urutan kelima. Ternyata dalam membangun sebuah startup, menurut riset yang ada, funding itu baru akan datang ketika kita sudah memiliki traction di market.
Jika direnungkan… hal ini tentu saja benar. Karena tidak ada satupun investor yang ingin kehilangan uangnya. Bagaimana mereka mau percaya kepada suatu bisnis yang belum dimulai? Yang belum sama sekali kelihatan apakah produk atau layanannya akan diterima oleh pasar?
Ya ada juga sih yang mau memberikan pendanaan untuk startup seperti ini, mereka adalah para angel investor. Namun biasanya jumlah dana yang dikucurkan sangat sedikit dan mereka berharap menjadi shareholder perusahaan kalian atau memberikan persyaratan return yang tinggi.
Nah… Gimana nih dengan startup kalian?
Kalian bisa juga lho bergabung dan berdiskusi di WA Group NAS Community!
#businessadvisor #startupstrategies #konsultanbisnis #konsultanhr #risetpasar #pemasaran #findapro
Mengapa Orang Tetap Merasa Benar Walaupun Sejatinya Salah?

Pada tahun 1894, sebuah surat yang telah disobek- sobek ditemukan di keranjang sampah oleh staf dari seorang Jenderal Prancis. Maka dilakukanlah investegasi besar2an untuk mengetahui siapa yang lewat bukti surat itu telah menjual rahasia militer Perancis ke pihak Jerman. Dan kecurigaan kebanyakan orang mengarah pada Letkol. Alfred Dreyfus.
Dreyfus tidak punya track record yang tercela, tidak juga punya motif untuk melakukan pengkhianatan. Cuman ada dua hal yang dapat membuat kecurigaan terhadap Dreyfus. Pertama, tulisannya mirip dengan surat yang ditemukan, dan lebih parah lagi, dia satu2nya pejabat militer yang beragama Yahudi. Waktu itu, Militer Perancis dikenal anti Yahudi.
Lalu rumah Dreyfus digeledah, mereka tidak menemukan bukti apa pun. Tapi ini pun malah dianggap sebagai bukti betapa liciknya Dreyfus. Tidak hanya berkhianat, dia juga degan sengaja menghilangkan semua bukti. Lalu mereka memeriksa personal history-nya, bahkan menginterview guru sekolahnya. Ditemukan dia sangat cerdas, menguasai 4 bahasa, dan punya memori yg sangat tajam. Maka ini pun dianggap sebagai “bukti” bahwa Dreyfus punya motif dan skill untuk kerja pada agen intelijen asing. Bukankah memang agen intelijen harus punya 3 skill itu? Benarkan?
Maka Dreyfus diajukan ke pengadilan militer, dan dinyatakan bersalah. Di depan publik, lencananya dilucuti, kancing baju dicabut, pedang militernya dipatahkan. Peristiwa ini dikenang sebagai “Degradation of Dreyfus”. Saat diarak oleh massa yang menghujat dia, Dreyfus teriak, “Saya bersumpah saya tidak bersalah, saya masih layak untuk mengabdi pada negara, Hidup Perancis. Hidup Angkatan Darat”. Tapi semua orang sudah tidak peduli dengan teriakannya, dan Akhirnya dia divonis penjara seumur hidup di Devil’s Island, pada tanggal 5 Januari 1895.
Mengapa serombongan orang pintar dan berkuasa di Perancis waktu itu begitu yakin bahwa Dreyfus bersalah? Dugaan bahwa Dreyfus memang sengaja dijebak, ternyata keliru. Para sejarawan meyakini bahwa Dreyfus tidak dijebak, dia hanya menjadi korban dari sebuah fenomena yang disebut “MOTIVATED REASONING“. Yaitu sebuah penalaran yang nampak sangat logis dan rasional, padahal semua itu hanyalah upaya mencari PEMBENARAN atas suatu ide yang telah diyakini sebelumnya. Tujuannya? termotivasi untuk membela atau menyerang ide tertentu, bukan mencari KEBENARAN secara jernih, dari pihak mana pun kebenaran itu berasal.
Maka kalau orang sudah mengeras sikapnya untuk sangat pro/anti partai politik tertentu, atau sudah terlanjur gandrung/benci sama seseorang, maka orang akan cenderung mengalami “motivated reasoning” ini. Apa pun pendapat orang lain yang dianggap musuh akan nampak salah di pikiran “rasional”. Karena memang itulah hebatnya otak, selalu bisa menemukan alasan rasional kenapa mereka salah, dan saya benar. Orang akan bisa mencari 1000 bukti yang membenarkan sikap itu. Bahkan hal2 yang sifatnya netral tiba2 jadi nampak sebagai “bukti” dari kebenaran sikap ini.
Kalau hati sudah dikuasai oleh cinta atau benci, dan berketetapan, pokoknya saya pro ini, anti itu, kita akan cenderung meyakini kebenaran segala pendapat yang mendukung pendapat kita, dan mengabaiakan segala argumen yang berlawanan dengan keyakinan kita. Kita jadi kehilangan akal sehat yang adil dan proporsional dalam menyikapi segala hal. Para psikolog menyebut kesesatan pikir yang mewabah akhir2 ini: CONFIRMATION BIAS.
Fenomena confirmation bias dan motivated reasoning ini sudah sangat jamak ditemukan di sekitar kita, bahkan kadang kita pun ikut jadi pelaku utamanya. Karena hampir semua dari kita telah mengambil sikap untuk memilih partai tertentu, suka tokoh tertentu, punya agama/madzhab tertentu, bahkan mungkin menjadi anggota fanatik supporter klub sepak bola tertentu. Semua ini telah menjadikan kita secara otomatis mudah sekali terjebak dalam 2 kesesatan pikir di atas.
By the way, bagaimana dengan nasib Dreyfus? Adalah Colonel Georges Picquart, yang walaupun dia juga anti Yahudi, mulai berpikir, bagaimana jika memang Dreyfus tidak bersalah? bagaimana jika karena salah tangkap, penjahat sebenarnya masih berkeliaran dan terus membocorkan rahasia militer Perancis pada Jerman? Kebetulan dia menemukan ada pejabat militer lain yang tulisan tangannya lebih mirip dengan surat yang ditemukan, dibanding tulisan Dreyfus. Singkat cerita, atas perjuangan Colonel Picquard, Dreyfus baru dinyatakan tidak bersalah 11 TAHUN kemudian.
Yang paling menakutkan dari Motivated Reasoning & Confirmation Bias ini adalah, pelakunya seringkali tidak menyadari dan membela pendapatnya mati2an sambil menghujat pendapat lain yang berbeda, sehingga efeknya terjadi perang mulut, bahkan di beberapa negara, terjadi genocida, dan perang saudara.
Maka bagaimana caranya agar kita bisa berpikir lebih adil dan jernih?
Bagaimana agar kita selamat dari 2 sesat pikir di atas? agar kita bisa membuat prediksi yang akurat, membuat keputusan yang tepat, atau sekedar membuat good judgement?
Menariknya, ini tidak berkaitan dengan seberapa pintar atau seberapa tinggi IQ kita atau gelar akademis kita. Kata para ahli tentang “good judgment“, ini justru berkaitan erat dengan bagaimana anda “merasa” (how you feel). Berikut beberapa Tips untuk memiliki “penilaian yang jernih” :
- Jangan Terlalu Emosional. Semakin kita emosional, semakin kita termotivasi untuk menyeleksi kebenaran. Semua argumen yang berlawanan akan cenderung kita abaikan. Sementara hoax-pun, asal cocok dengan selera kita akan buru2 kita yakini kebenarannya.
- Pertahankan rasa Ingin tahu (Curiosity). Rasa penasaran ingin tahu ini akan membuat kita lebih ingin mengecek argumentasi dari dua kubu. Tidak cepat puas buru2 meyakini segala informasi yang masuk.
- Milikilah hati dan pikiran yang terbuka (Open-Mind & Open-Heart). dengan begini kita akan cenderung mau mendengarkan dan berempati atas posisi masing2 dari dua kubu yang berseteru. Jangan menutup diri hanya mau menerima informasi dari pihak yang pro sama kita, dan langsung mencurigai, bahkan menolak berita dari semua yang kita anggap pro lawan kita.
- Jadilah orang yang Independen (grounded). Jangan mudah anut grubyuk ikut2an pendapat seseorang atau satu kelompok. Jangan letakkan harga diri kita berdasarkan omongan orang lain tentang kita. Silahkan pro ini atau anti itu. Tapi jangan overdosis, sampai menganggap segala hal yang dari pihak kita pasti benar dan segala hal yang dari pihak lawan pasti salah.
- Milikilah kerendahan hati (Humbleness) bahwa memang kita punya keyakinan tertentu tentang segala hal (politik, aliran pemikiran, dll) tapi dengarkan dengan empatik juga pendapat2 yang berlawanan dengan kita. Dan jika bukti2 menunjukkan kita memang salah, jangan sungkan2 untuk mengakui dan minta maaf.
Kesimpulannya, menurut Julia Galef, yg ceramahnya di TEDX mendasari tulisan ini:
“Untuk memiliki good judgment (penilaian yang jernih), khususnya untuk hal2 yang kontroversial, kita tidak terlalu membutuhkan kepintaran atau analisa yang canggih, tapi kita lebih membutuhkan kedewasaan psikologis dan pengelolaan emosi yang baik”
Source :
Auto-Pilot bukan Auto-Matic!

Pernahkah Anda menjumpai coach bisnis yang mengklaim bisa mengajarkan untuk membuat bisnis Anda bisa ditinggal seminggu, sebulan, bahkan setahun, dan bisnis Anda akan baik-baik saja?
Saya menjumpai banyak pebisnis yang mengeluhkan bahwa jargon tersebut seperti trap atau jebakan betmen karena menurut mereka tidak ada bisnis yang bisa 100% berjalan dan baik-baik saja tanpa diawasi oleh pemilik bisnisnya, even bisnis tersebut adalah sebuah jaringan waralaba (franchise) yang sudah lengkap SOP (Standard Operation & Procedure) nya.
Benarkah hal tersebut?
Akhirnya saya berkesempatan untuk beraudiensi one-on-one dengan seorang coach bisnis yang tidak hanya diakui secara nasional namun juga regional, sampai australia.
Saya menyampaikan concern tersebut kepada beliau, dan menanyakan apa maksud banyak coach bisnis mengklaim bahwa mereka bisa melakukan hal tersebut?
Jawaban Mengagetkan
Sang Coach menjelaskan, “Bisnis secara operasional bisa dibuat berjalan tanpa kehadiran pemilik bisnis, dengan memiliki tim yang kuat secara Karakter, Kompetensi, dan Komitmen (3K/3C), serta mengimplementasikan SOP & Instruksi Kerja yang jelas dan terukur.”
Saya lantas memotong, “Itu kan operasional saja, mana mungkin bisnis bisa ditinggal seminggu, sebulan, bahkan setahun?”
Beliau sambil tertawa memberikan jawaban mengejutkan, “Ya, makanya disebut auto-pilot bukan auto-matic. Autopilot itu pilotnya masih duduk di cockpit, bukannya tidak ikutan terbang, seperti drone!”
Beliau melanjutkan, “Bisnis tidak bisa dibuat fully automatic karena akan selalu memerlukan pemilik bisnis atau top management nya untuk keputusan-keputusan yang bersifat strategis!”
“Mengenai bisa ditinggal sampai setahun itu kan cuma marketing gimmick saja… Tidak usah terlalu diseriusin!”, beliau menyelesaikan penjelasannya.
Dokter Memerlukan Dokter Lain Juga
Diskusi kemudian berlanjut untuk kita tukeran pelayanan. Beliau sebagai coach berjanji akan membantu perusahaan saya untuk membuat marketing message dan branding yang strong untuk kami; Sebaliknya, saya bantu beliau untuk membuatkan rekomendasi melalui riset pasar mengenai bisnis barunya.
Ya… Sekarang zamannya kolaborasi. Coach juga butuh Konsultan, butuh Researcher. Sementara sebaliknya Konsultan dan Researcher juga butuh Coach!
Semangat kolaborasi… Semangat sukses luar biasa teman-teman!
by: Arief Lestadi, Founder & CEO NAS Co.
Tiga Perbedaan Bos dan Pemimpin


Apa kamu pernah kena marah yang begitu hebat dari atasan sampai membuatmu malu?
Perlu dibedakan antara orang yang memegang jabatan sebagai atasan, dan mereka yang memang seorang pemimpin.
Pada kenyataannya tidak semua orang yang menjabat posisi tinggi dalam sebuah perusahaan adalah benar-benar seorang pemimpin.
Kita sering melihat atau mendengar istilah Boss atau Pemimpin? ! Kedua istilah ini memiliki makna yang berbeda. Berbedanya sejauh apa? Yuk, kita simak ragam perbedaannya di bawah ini:
Bos Memerintah, Pemimpin Memandu.
Memang secara umum tugasnya atasan memberikan perintah, namun tidak semua anak buah bisa langsung memahami perintah tersebut bukan?!
Pemimpin tidak sekedar memberikan instruksi, namun juga memandu serta memotivasi anggota tim untuk mencapai tujuan. Malah terkadang pemimpin yang baik, akan juga turun ikut berkontribusi jika dibutuhkan dan memberikan contoh secara langsung kepada anggota tim.
Di sisi lain, sosok bos cenderung hanya lebih kepada memberi perintah tanpa mempedulikan apakah anggota tim menyanggupinya atau tidak.
Bos Berbicara, Pemimpin Mendengarkan.
Perhatikan apa yang terjadi pada saat rapat. Seberapa sering atasanmu berucap dan seberapa juga waktu yang dia luangkan untuk mendengar pendapat dari anggota tim lain. Jika porsi waktu berbicara atasanmu mendominasi rapat, bahkan anggota tim tidak diberi waktu untuk mengungkapkan pendapat, atasanmu berlaku seperti bos.
Di sisi lain, Pemimpin akan mendorong seluruh anggota tim untuk beropini & sharing apabila ada kendala di lapangan, dengan demikian pemimpin pun dapat tu rut membantu memikirkan solusi bagi kendala tersebut.
Bos Fokus ke Hasil, Pemimpin Fokus di Proses.
Ya, sosok seorang bos akan lebih mementingkan hasil. Orientasi penilaian anggota tim cenderung memilih yang dapat diukur dengan angka.
Di sisi lain, pemimpin bukan tidak memperdulikan hasil, namun pemimpin juga melihat proses yang dijalani tim dalam mencapai tujuan.
Hal ini terkait juga dengan pembagian tugas yang merata, perbaikan-perbaikan yang dapat dilakukan ke depannya serta mementingkan pengembangan dan pertumbuhan kualitas dari anggota timnya.
Selain tiga perbedaan ini, masih banyak lagi yang membedakan bos dan pemimpin tentunya. Bagi kamu yang ingin tahu lebih dalam mengenai kepemimpinan dan mengembangkan dirimu sebagai pemimpin masa depan, ada baiknya kamu pun mempelajari skill yang berhubungan dengan leadership.
Tahukah kalau Strategi dan Taktik itu berbeda?


Apa yang ada di benakmu saat mendengar kata Strategi atau kata Taktik?
Dunia bisnis erat kaitannya dengan strategi dan taktik. Seringkali kita menganggap kedua hal tersebut sebagai istilah yang sama. Namun, sebenarnya strategi berbeda dengan taktik. Sejauh mana perbedaannya? Yuk, simak beberapa perbedaannya berikut ini:
Fokus
Strategi berfokus pada tujuan yang hendak dicapai bisnismu di masa mendatang. Sementara taktik berfokus pada kegiatan yang dilakukan bisnismu setiap harinya.
Pembuat perencanaan
Pemilik usaha maupun mereka yang di jajaran Direksi biasanya yang menjadi pencetus strategi perusahaan dan bagaimana proyeksi bisnis serta ekspansi kedepannya. Sementara taktik pada umumnya dicanangkan oleh Manager maupun Koordinator unit. Pencanangan taktik biasanya akan mengikuti strategi yang sudah dibuat oleh pemilik usaha maupun Direksi.
Cakupan
Strategi mencakup perencanaan akan apa yang harus dilakukan bisnis demi bisa melampaui pesaing serta alasan mengapa rencana tersebut perlu dilakukan. Sementara taktik mencakup bagaimana perencanaan tersebut dapat dilaksanakan, perubahan yang perlu dilakukan demi memastikan rencana tersebut terlaksana.
Selain dari ketiga perbedaan di atas, masih banyak lagi perbedaan strategi dan taktik dimana taktik yang baik tidak akan bisa terwujud tanpa penyusunan strategi yang matang tentunya. Strategi bisnis yang matang akan membantumu meramu seluruh perencanaan tersebut sehingga perencanaan dari setiap unit bisnis menjadi sinkron dan selaras.

Punya Transaksi Bukan Berarti Punya Bisnis Lho!

Apa yang ada di benakmu saat mendengar kata Bisnis?
Sekilas mungkin terbayang kegiatan jual beli dimana ada banyak transaksi penjualan yang terjadi. Memang idealnya semua bisnis memiliki transaksi penjualan namun, berbisnis tidak sebatas transaksi saja lho. Jika kamu hanya berfokus sebatas transaksi saja, akan lebih tepat jika kamu disebut berdagang bukan berbisnis. Mengapa demikian? Yuk, kita simak beberapa perbedaan antara berdagang & berbisnis.
- Perspektif Pembeli
Pedagang akan melihat pembeli sebagai konsumen & berfokus pada transaksi itu saja. Sementara, pebisnis melihat pembeli sebagai calon pelanggan & akan melakukan berbagai aktivitas untuk menjadikan pembeli tersebut sebagai pelanggan. Pebisnis akan mengembangkan aktivitas untuk menjaga relasi dengan pelanggan serta rangkaian promosi untuk menarik lebih banyak pelanggan.
- Proses Kerja
Pedagang pada umumnya melakukan segala sesuatunya sendiri & merangkap beberapa fungsi. Sementara berbisnis terkait erat dengan standarisasi & sistem dimana segala kegiatan operasional diatur sedemikian rupa sehingga proses kerja akan menghasilkan produk maupun jasa dengan standar yang sama & berkelanjutan. Bisnis umumnya memiliki sejumlah tim dimana setiap tim bertugas melakukan kontribusi berdasarkan kompetensinya masing-masing demi mencapai tujuan bisnis yang sudah ditentukan.
- Perencanaan
Pedagang lebih berfokus untuk perencanaan jangka pendek dimana berpusat pada jumlah transaksi per hari, sedangkan pebisnis lebih berfokus pada perencanaan jangka panjang. Pebisnis memahami agar bisnisnya bertahan maka memerlukan berbagai strategi yang sinkron di berbagai unit seperti pemasaran,keuangan,pengembangan produk maupun ragam layanan yang diberikan kepada pelanggan.
Kualitas di Pekerjaan, Kuantitas di Keluarga

Selama ini saya pikir kita perlu punya waktu berkualitas bersama keluarga, setelah seharian bekerja. Ternyata saya salah!
Bekerjalah Sesuai Dengan Jam Kerja Anda
Guna menjaga keseimbangan hidup, Anda harus memutuskan untuk bekerja sesuai dengan jam kerja Anda. Ketika Anda mulai bekerja, pusatkan perhatian Anda dan bekerjalah sepanjang waktu penuh. Mulailah sedikit lebih awal, tinggalah sedikit lebih lama, dan bekerjalah sedikit lebih keras. Jangan menyia-nyiakan waktu.
Setiap menit yang Anda gunakan untuk mengobrol dengan rekan kerja Anda adalah waktu yang diambil dari pekerjaan yang harus Anda selesaikan apabila Anda ingin tetap mcmpertahankan pekcrjaan Anda.
Bahkan yang lebih parah lagi, waktu yang Anda sia-siakan di pekerjaan seringkali harus diambil dari waktu yang seharusnya Anda gunakan bersama keluarga Anda. Anda harus bekerja lebih lama atau membawa pulang pekerjaan dan mengerjakannya pada malam hari.
Dengan tidak bekerja secara efektif dan efisien selama waktu kerja, Anda menciptakan ketegangan yang tidak perlu serta membuat keluarga Anda kehilangan sosok yang baik yang seharusnya mereka temukan dalam diri
Anda.
Kaidah: Yang penting adalah kualitas waktu di pekerjaan dan yang berarti adalah kuantitas waktu di rumah.
Disarikan dari: Eat That Frog! – Brian Tracy
Certain Death vs Possible Death

Kemarin saat meting mingguan bersama team sales, terucap curhat seperti ini:
“Pak, si Fulan gak jadi training kata bossnya lagi penghematan.”
“Mas, Pak Boy cancel paket konsultasi, dia bilang mau jalan as-it-is dulu saja.”
Saya segera membesarkan hati mereka dengan mengatakan,
“Yo Wess, gpp. Belum jodoh. Mungkin ini malah jadi PR kita untuk memberikan edukasi yang lebih baik kepada para pebisnis dan profesional mengenai pentingnya melakukan audit dan update terhadap rencana strategis perusahaan maupun pengembangan SDM-nya.”
Pagi ini sambil menyeruput kopi, saya berdiskusi di group thinktank dengan mentor saya yang nama panggilannya: Mbah Dragon. Beliau menyampaikan mengenai Certain Death vs Possible Death. Nah… supaya bisa berbagi juga dengan Sobat NAS, saya tuliskan saja deh. Semoga sharing ini bisa bermanfaat dan bisa juga di forward ke teman-teman yang membutuhkan.
Intinya gini, saat usahamu menemui masalah atau kendala, jangan cuma berpangku tangan, business as usual saja. Ini namanya Certain Death alias menunggu mati. Walaupun kita diajarkan berpasrah kepada Tuhan tapi bukan ini juga caranya. Ini sama saja tidak mensyukuri anugerah terbesar Tuhan untuk manusia, yaitu: akal budi alias otak.
Alih-alih meratapi nasib, kita harus ambil action atas dasar Possible Death. Bagaimana caranya? Ya… dengan inovasi, menjalankan business unusual. Cek masih sisa berapa uang kas perusahaan… Kirim karyawan-karyawan terbaikmu untuk mengikuti pelatihan. Banyak kok pelatihan berkualitas dengan harga yang affordable. Ikut komunitas, kalau perlu beli paket konsultasi dengan para konsultan bisnis yang punya misi “membangun bangsa” bukan sekedar memperkaya dirinya sendiri.
Apakah dengan inovasi yang mengeluarkan uang extra ini akan berhasil? Ya engga juga… bukan jaminan… tetapi kita sudah berikhtiar. Ini akan terlihat kok sama orang-orang disekitar kita. Sama pelanggan, sama pemasok. Dan akan diapresiasi. Dibandingkan dengan cuma melakukan penghematan membabi buta, karyawan-karyawan Anda akan merasakannya, mereka akan demotivasi, dan pada akhirnya kabar negatif ini akan semakin meluas kemana-mana.
Mbah Dragon membuktikan beliau sudah melewati empat kali krisis, dengan menerapkan inovasi, beliau tidak hanya berhasil survive bahkan growth dari market-share 31%, dimana sebenarnya sudah mulai saturated, berhasil mencapai level dominasi penuh (52.7%). Berarti naik 70%. Luar biasa kan?
Menurut beliau kuncinya ada dua dan harus dilakukan dua-duanya, yaitu:
- Think Out of The Box: rencanakan strategi yang berbeda dengan pola pikir yang umum. kalau kata Om Wiryawan Sofyan, namanya Strategi Berpikir Terbalik; dan
- Keberanian melakukan Action: kalau sudah punya rencana bagus yang out-of-the-box, langkah selanjutnya ya dieksekusi.. dijalankan. Yang membedakan pemenang dengan pecundang adalah pemenang konsisten mewujudkan rencananya sementara pecundang memimpikan rencananya.
Demikian semoga bisa menjadi inspirasi bagi Sobat NAS untuk tidak sekedar mempertahankan, melainkan memenangkan hati para pelanggan, para pemasok, dan para karyawan kalian. Salam (Arief Lestadi – arief@ptnas.id).