Category: NAS
Punya Transaksi Bukan Berarti Punya Bisnis Lho!

Apa yang ada di benakmu saat mendengar kata Bisnis?
Sekilas mungkin terbayang kegiatan jual beli dimana ada banyak transaksi penjualan yang terjadi. Memang idealnya semua bisnis memiliki transaksi penjualan namun, berbisnis tidak sebatas transaksi saja lho. Jika kamu hanya berfokus sebatas transaksi saja, akan lebih tepat jika kamu disebut berdagang bukan berbisnis. Mengapa demikian? Yuk, kita simak beberapa perbedaan antara berdagang & berbisnis.
- Perspektif Pembeli
Pedagang akan melihat pembeli sebagai konsumen & berfokus pada transaksi itu saja. Sementara, pebisnis melihat pembeli sebagai calon pelanggan & akan melakukan berbagai aktivitas untuk menjadikan pembeli tersebut sebagai pelanggan. Pebisnis akan mengembangkan aktivitas untuk menjaga relasi dengan pelanggan serta rangkaian promosi untuk menarik lebih banyak pelanggan.
- Proses Kerja
Pedagang pada umumnya melakukan segala sesuatunya sendiri & merangkap beberapa fungsi. Sementara berbisnis terkait erat dengan standarisasi & sistem dimana segala kegiatan operasional diatur sedemikian rupa sehingga proses kerja akan menghasilkan produk maupun jasa dengan standar yang sama & berkelanjutan. Bisnis umumnya memiliki sejumlah tim dimana setiap tim bertugas melakukan kontribusi berdasarkan kompetensinya masing-masing demi mencapai tujuan bisnis yang sudah ditentukan.
- Perencanaan
Pedagang lebih berfokus untuk perencanaan jangka pendek dimana berpusat pada jumlah transaksi per hari, sedangkan pebisnis lebih berfokus pada perencanaan jangka panjang. Pebisnis memahami agar bisnisnya bertahan maka memerlukan berbagai strategi yang sinkron di berbagai unit seperti pemasaran,keuangan,pengembangan produk maupun ragam layanan yang diberikan kepada pelanggan.
Kualitas di Pekerjaan, Kuantitas di Keluarga

Selama ini saya pikir kita perlu punya waktu berkualitas bersama keluarga, setelah seharian bekerja. Ternyata saya salah!
Bekerjalah Sesuai Dengan Jam Kerja Anda
Guna menjaga keseimbangan hidup, Anda harus memutuskan untuk bekerja sesuai dengan jam kerja Anda. Ketika Anda mulai bekerja, pusatkan perhatian Anda dan bekerjalah sepanjang waktu penuh. Mulailah sedikit lebih awal, tinggalah sedikit lebih lama, dan bekerjalah sedikit lebih keras. Jangan menyia-nyiakan waktu.
Setiap menit yang Anda gunakan untuk mengobrol dengan rekan kerja Anda adalah waktu yang diambil dari pekerjaan yang harus Anda selesaikan apabila Anda ingin tetap mcmpertahankan pekcrjaan Anda.
Bahkan yang lebih parah lagi, waktu yang Anda sia-siakan di pekerjaan seringkali harus diambil dari waktu yang seharusnya Anda gunakan bersama keluarga Anda. Anda harus bekerja lebih lama atau membawa pulang pekerjaan dan mengerjakannya pada malam hari.
Dengan tidak bekerja secara efektif dan efisien selama waktu kerja, Anda menciptakan ketegangan yang tidak perlu serta membuat keluarga Anda kehilangan sosok yang baik yang seharusnya mereka temukan dalam diri
Anda.
Kaidah: Yang penting adalah kualitas waktu di pekerjaan dan yang berarti adalah kuantitas waktu di rumah.
Disarikan dari: Eat That Frog! – Brian Tracy
Certain Death vs Possible Death

Kemarin saat meting mingguan bersama team sales, terucap curhat seperti ini:
“Pak, si Fulan gak jadi training kata bossnya lagi penghematan.”
“Mas, Pak Boy cancel paket konsultasi, dia bilang mau jalan as-it-is dulu saja.”
Saya segera membesarkan hati mereka dengan mengatakan,
“Yo Wess, gpp. Belum jodoh. Mungkin ini malah jadi PR kita untuk memberikan edukasi yang lebih baik kepada para pebisnis dan profesional mengenai pentingnya melakukan audit dan update terhadap rencana strategis perusahaan maupun pengembangan SDM-nya.”
Pagi ini sambil menyeruput kopi, saya berdiskusi di group thinktank dengan mentor saya yang nama panggilannya: Mbah Dragon. Beliau menyampaikan mengenai Certain Death vs Possible Death. Nah… supaya bisa berbagi juga dengan Sobat NAS, saya tuliskan saja deh. Semoga sharing ini bisa bermanfaat dan bisa juga di forward ke teman-teman yang membutuhkan.
Intinya gini, saat usahamu menemui masalah atau kendala, jangan cuma berpangku tangan, business as usual saja. Ini namanya Certain Death alias menunggu mati. Walaupun kita diajarkan berpasrah kepada Tuhan tapi bukan ini juga caranya. Ini sama saja tidak mensyukuri anugerah terbesar Tuhan untuk manusia, yaitu: akal budi alias otak.
Alih-alih meratapi nasib, kita harus ambil action atas dasar Possible Death. Bagaimana caranya? Ya… dengan inovasi, menjalankan business unusual. Cek masih sisa berapa uang kas perusahaan… Kirim karyawan-karyawan terbaikmu untuk mengikuti pelatihan. Banyak kok pelatihan berkualitas dengan harga yang affordable. Ikut komunitas, kalau perlu beli paket konsultasi dengan para konsultan bisnis yang punya misi “membangun bangsa” bukan sekedar memperkaya dirinya sendiri.
Apakah dengan inovasi yang mengeluarkan uang extra ini akan berhasil? Ya engga juga… bukan jaminan… tetapi kita sudah berikhtiar. Ini akan terlihat kok sama orang-orang disekitar kita. Sama pelanggan, sama pemasok. Dan akan diapresiasi. Dibandingkan dengan cuma melakukan penghematan membabi buta, karyawan-karyawan Anda akan merasakannya, mereka akan demotivasi, dan pada akhirnya kabar negatif ini akan semakin meluas kemana-mana.
Mbah Dragon membuktikan beliau sudah melewati empat kali krisis, dengan menerapkan inovasi, beliau tidak hanya berhasil survive bahkan growth dari market-share 31%, dimana sebenarnya sudah mulai saturated, berhasil mencapai level dominasi penuh (52.7%). Berarti naik 70%. Luar biasa kan?
Menurut beliau kuncinya ada dua dan harus dilakukan dua-duanya, yaitu:
- Think Out of The Box: rencanakan strategi yang berbeda dengan pola pikir yang umum. kalau kata Om Wiryawan Sofyan, namanya Strategi Berpikir Terbalik; dan
- Keberanian melakukan Action: kalau sudah punya rencana bagus yang out-of-the-box, langkah selanjutnya ya dieksekusi.. dijalankan. Yang membedakan pemenang dengan pecundang adalah pemenang konsisten mewujudkan rencananya sementara pecundang memimpikan rencananya.
Demikian semoga bisa menjadi inspirasi bagi Sobat NAS untuk tidak sekedar mempertahankan, melainkan memenangkan hati para pelanggan, para pemasok, dan para karyawan kalian. Salam (Arief Lestadi – arief@ptnas.id).
Ada Sun Go Kong di Perusahaan Anda?

Memimpin perusahaan ibarat memimpin perjalanan ke barat mencari kitab suci.
Perjalanan ini senantiasa panjang. Tantangan yang ditemui bervariasi, siluman yang dihadapi beraneka ragam, dan demikian pula dengan rekan kerja. Salah satu faktor terpenting yang menentukan kesuksesan adalah tim yang kita bawa.
Ada karyawan bertipe Sun Go Kong.
Ini adalah anggota tim yang pintar, berilmu tinggi, dan punya skill di atas rata-rata, sehingga terlihat menonjol di antara anggota tim. Dialah si pemecah masalah yang mampu menyelesaikan pekerjaan berbekal petunjuk minimal. Go Kong jelas adalah karakter yang mampu membawa bendera tim dalam kondisi serba-sulit.
Hanya saja, umumnya orang-orang seperti ini acapkali datang “satu paket” dengan rangkaian hal sinting lainnya. Mulai dari sulit diatur, banyak polah, dan bermanuver menyebalkan. Mereka seakan butuh panggung dan senantiasa kelebihan energi.
Hal ini sepenuhnya umum.
Ketika memperkerjakan seorang Sun Go Kong, kita harus memahami bahwa skillset mereka adalah benefit dan ada harga yang harus kita bayar untuk benefit tersebut, termasuk di antaranya “keliaran” orang ini. Karakter seperti ini perlu diberi ruangan bergerak yang bebas namun dengan batasan yang jelas, laiknya memasang gelang metal yang melingkari kepalanya.
Pada lingkungan dan parameter yang tepat, mereka adalah kunci penggerak tim di dalam menghadapi kompetitor. Mereka adalah kunci inovasi serta mampu menjadi “pembeda” yang membedakan tim kita dengan tim yang lain.
Ada karyawan bertipe Cu Pat Kai.
Ini adalah anggota tim yang mungkin motivasi pribadinya terlepas jauh melampaui motivasinya mendorong kesuksesan tim. Karakter ini street smart, terkadang punya mulut manis, dan pandai bermanuver. Repotnya, dalam keadaan “kebakaran”, figur siluman babi ini akan jadi orang pertama yang menyelamatkan pantatnya.
Seorang pemimpin harus berhati-hati. Pemimpin yang terlalu narsis, akan berujung dikerubuti Pat Kai – Pat Kai di perusahaan. Mengidentifikasi para Pat Kai ini mampu membuat seorang pemimpin tetap “menginjak tanah” dan berpikir rasional.
Mereka terlihat penurut namun membawa bandwagon di belakang. Mereka terlihat bermulut manis namun sejatinya itulah keahlian mereka. Mereka terlihat malas, tapi sesungguhnya mereka akan menjadi sangat rajin ketika motivasinya pas.
Ketika memperkerjakan seorang Cu Pat Kai, yang pertama kita harus identifikasikan adalah motivasi pribadinya dan bagaimana kita membuat motivasi pribadi itu align dengan tujuan perusahaan. Apabila karakter ini mengincar uang, maka tawarkanlah skema bonus yang menarik dengan target penjualan yang tinggi, misalnya.
Keberhasilan memelihara siluman ini menjadi kunci perusahaan di dalam mencapai sasaran-sasaran jangka pendek. Karakter ini bukan sosok yang sanggup diandalkan dalam perjalanan panjang, namun bisa sangat ampuh di sasaran incremental.
Ada karyawan bertipe Sha Wu Ching, atau Sha Cheng.
Karakter ketiga ini justru kadang menjadi karakter yang paling menjebak. Sosoknya sangat loyal, rajin, penurut, dan tidak membahayakan atasan dengan manuver atau polahnya. Mereka mempunyai ketertarikan terhadap visi, motivasi, dan ambisi yang semenjana atau moderat, cukup untuk membuat mereka bertahan di perusahaan.
Kenapa menjebak? Karena dia terlihat begitu menarik untuk dijadikan anak buah.
Banyak pemimpin terlambat menyadari ini. Ketika melakukan rekrutmen, Wu Ching terkesan begitu pas untuk nyolok ke tim dan tidak mengganggu kestabilan. Namun pemimpin seperti ini akan berakhir dengan satu tim yang isinya Wu Ching semua.
Seorang pemimpin harus menyadari bahwa karakter ini adalah filler, mereka adalah mayoritas di pasar kerja. loyal dan pekerja keras. Mereka mengerjakan pekerjaan di perusahaan yang tidak mau dikerjakan orang lain, mereka teliti, dan dapat bermain sebagai anggota tim yang baik. Tetapi ingat, mereka bukan ujung tombak.
Saya pernah menemui sebuah BUMN yang diisi oleh karyawan “Yes Man”.
Semuanya loyal bak Wu Ching dan semuanya kerja keras. Pantang pulang sebelum lembur. Namun perusahaan tersebut kini bagaikan kapal karam, miskin inovasi dan konservatif dengan pola-pola bisnis lamanya.
Perjalanan ke barat membutuhkan ketiganya.
Tim yang terdiri dari satu biksu dan tiga Wu Ching akan kesulitan tatkala terbentur masalah berat, mereka hanya akan duduk ngenes bersama mengamati kasus-kasus menghantam. Satu tim yang terdiri dari satu biksu dan tiga Pat Kai akan kesusahan mempertahankan keutuhan. Ketika ada masalah kompleks semua akan balik kanan menyelamatkan pantat masing-masing. Satu tim yang tersusun dari satu biksu dan dibantu tiga Go Kong akan terlihat seperti sirkus dan butuh energi luar biasa besar mempertahankan fokus dan keutuhan tim.
Perjalanan ke barat bukanlah hanya untuk dijalankan oleh satu karakter.
Menempatkan Go Kong, Pat Kai, dan Wu Ching di posisi yang tepat dapat menjadi penentu make or break di sebuah perusahaan. Tidak usah mengeluh kala Go Kong bertingkah atau Wu Ching tidak memecahkan masalah. Semua punya peran.
Perusahaan butuh Go Kong untuk berinovasi dan mengalahkan kompetitor.
Perusahaan butuh Pat Kai untuk bermanuver dan menutup target jangka pendek.
Perusahaan butuh Wu Ching untuk menjaga kestabilan dan tetap “fungsional”.
Namun perusahaan tidak akan menjadi organisasi yang tangguh jika bermodalkan semacam tipe karakter saja. Perjalanan ke barat membutuhkan semuanya.
“Lalu siapa kalian?” saya menutup pembicaraan dengan sebuah pertanyaan.
“Tong Sam Cong.”
“Yes. Exactly.”
Para manajer adalah Tong Sam Cong. Mereka ada bukan untuk memecahkan kasus teknis yang rumit, bukan untuk mencari muka, atau menggarap administrasi. Tugas ultimate dari Tong Sam Cong adalah memastikan tim solid dan fokus.
Seorang direktur harus bisa melihat value ini dari para manajernya.
Sam Cong bertanggung jawab membaca mantra sewaktu Go Kong bertingkah, dan siluman monyet ini bisa fokus mendorong tim ke arah yang benar. Tong Sam Cong bertanggung jawab menjaga Pat Kai mengejar milestones dan memberinya sense of security agar tidak terus menerus mengkhawatirkan pantatnya sendiri.
Sam Cong juga bertanggung jawab menempatkan Wu Ching di posisi yang akurat, menjaga mereka supaya merasa tetap dihargai, dan mengarahkan loyalitas ke arah terencana dan menjadi motor penggerak roda perusahaan.
Di sini, Tong Sam Cong memegang posisi sentral sebagai sang nakhoda.
Lalu siapa yang harus ditiru oleh para direktur?
Sebagai seorang direktur, saya harus berperan menjadi figur yang mempercayakan perjalanan kepada Sam Cong. Di sisi lain saya punya kewajiban untuk terus bersifat terbuka, sehingga kapanpun tim ini bertemu masalah di dalam perjalanan mencari kitab suci, saya ada dan terbuka untuk dimintai kebijaksanaan.
Seorang direktur harus punya ruang pandang yang lebih lapang dibanding seluruh anggota tim dan punya sudut pandang yang lebih jauh. Karakter ini menjadi sosok pemberi panduan berupa wisdom, bukan untuk melakukan micro-management.
Kegagalan dalam menurunkan wisdom akan membuat tim tersesat. Di sinilah, sang direktur punya tanggung jawab luar biasa besar bagi perusahaan.
Dan pada akhirnya perjalanan ke barat memang bukanlah dilakukan hanya dengan mengirimkan empat orang Sun Go Kong atau empat orang Sha Wu Ching.
Perjalanan ke barat hanya akan tuntas lewat kerja sama karakter yang berbeda.
Diceritakan oleh: Wirawan Winarto
Monkey Business alias Bisnis Monyet!


Oh, ternyata ada yang belum paham istilah “monkey business” atau bisnis monyet..Oke, saya coba sederhanakan ya. Istilah monkey business ini berawal dari sebuah cerita legenda..
Di sebuah desa yang banyak monyetnya, tiba2 ada seorg pengusaha kaya yang ingin beli monyet. Dia kasih pengumuman, “Saya mau beli monyet harga 100 rupiah/ekor..” Orang desa bingung, lha ngapain beli ? Kan di desa ini banyak monyetnya ? Tapi karena tergiur duit, mereka tangkepin tuh monyet dan ditukar 100 rupiah/ekor. Penduduk desa kaya.
Tapi lama2 monyet di desa itu habis. Karena langka, si pengusaha bikin pengumuman baru, “Karena langka, harga monyet saya naikkan jadi seribu rupiah/ekor..” Habis bicara begitu, si pengusaha pergi.
Orang2 pun makin ngiler, “Gila, harga monyet jadi seribu. Gua bisa kaya, nih !!” Begitu pikir mereka. Tapi cari monyet susah banget.
Mendadak ada yang dekatin para penduduk desa. Dia ini sebenarnya asisten si pengusaha. Dia bisikin ke telinga orang2, “Gua punya banyak monyet nih. Mau gak lu beli harga 500 rupiah/ekor ? Entar lu jual ke pengusaha seribu. Lu kan dapet untung 500 rupiah/ ekor ?”
“Mau, mau..” Kata penduduk desa. Mereka pun beli monyet dari si asisten seharga 500 rupiah, padahal itu monyet yang dulu dikumpulkan si pengusaha dan mereka jual 100 rupiah/ekor.
Sesudah monyet habis dijual, si asisten pun ngilang. Penduduk desa nungguin si pengusaha yang mau beli monyet yang tidak pernah datang. Sampe akhirnya mereka sadar, mereka tertipu dan rugi 400 rupiah/ekor. Maunya untung, jadinya buntung.
Itulah asal mula cerita “monkey business”. Bisnis isu yang memakan korban mereka yang gelap mata. Ini bisnis udah tua banget umurnya.
Kejadian paling fenomenal ada di tahun 1636, di Belanda, ketika bunga tulip dianggap bisnis yang bisa bikin kaya instan. Banyak orang hancur hidupnya karena invest di tulip ini.
Mereka beli tulip diharga tinggi, karena terpengaruh isu tulip kelak harganya selangit. Udah gitu, mereka ga pernah pegang bunga tulipnya. Yang mereka pegang cuman kertas berisi pernyataan, “Anda pemilik sekian buah bunga tulip seharga sekian gulden..”
Peristiwa ini selalu jadi acuan ketika ada bubble, atau bola pecah, dari bisnis yg dipromokan setinggi langit tapi nilainya ternyata gak ada.
Ada yang untung dari bisnis ini ? Banyak juga. Mereka yang beli monyet diharga tengah dan exit ketika udah dapet cuan lumayan. Mereka ini pintar, ikut gelombang isu tapi gak serakah. Mereka tahu, bahwa ketika bola semakin besar saat diiisi angin terus menerus, pasti kelak akan pecah juga.
Yang rugi ? Jauh lebih banyak dan akhirnya menerima dengan pasrah, “Sudah takdir, mungkin gak untung di bisnis ini..” Biasanya cuman ikut2an dan supaya gak dibilang, “gak gaul lu ah..”
Diceritakan kembali oleh: Denny Siregar
Catatan: banyak sekali bisnis yang seperti ini ramai di Indonesia, dulu ada tanaman Anthurium, batu Akik, Tokek, Janda Bolong, dan yang kami prediksi sedang hangat saat ini adalah cryptocurrency, semacam: BitCoin, dkk. Jangan tergiur… Kalau mau mencoba silakan, tapi gunakan uang dingin. Jangan jual rumah untuk beli coin ya…
700 Perusahaan Keluarga Dunia, Memiliki Total Nilai Kapital Sedikitnya USD 1 Miliar


Bicara soal perusahaan keluarga adalah sebuah analisa bisnis yang menarik. Karena ternyata di dunia ini, perusahaan keluarga cukup “mendominasi“ bisnis. Wajar jika pada akhirnya perusahaan keluarga menjadi sebuah komoditi bisnis yang menarik untuk beberapa kalangan pelaku bisnis.
Sebuah riset yang dilakukan oleh Credit Suisse Research Institute (CSRI). Ternyata dari sekitar 920 perusahaan publik yang tersebar di 35 negara di dunia, sebanyak 20% sahamnya dimiliki oleh keluarga atau perusahaan afiliasinya. Dan menariknya lagi dari sekitar 50 perusahaan keluarga yang terbesar di dunia, mayoritas berasal dari Asia.
Makna yang bisa kita petik dari kondisi di atas, bahwa perusahaan keluarga jelas memilki potensi berkembang yang cukup besar. Dari sebuah analisa yang di lakukan oleh Sun Life Financial Inc terhadap 240 keluarga pebisnis yang berdomisili di Indonesia, lebih dari 60% pemilik bisnis setuju bahwa perusahaan keluarga memiliki banyak keunggulan. Analisa ini dikuatkan dengan riset kepada 1.300 pebisnis keluarga yang berada di Asia.
Dari data yang dihimpun, hal-hal seperti: Komitmen manajemen terhadap perusahaan keluarga (65%); Kemampuan perusahaan keluarga dalam melihat sebuah peluang bisnis jangka panjang (63%); dan yang paling menarik adalah keyakinan bahwa Perusahaan keluarga ke depan akan semakin kompetitif (79%); serta Perusahaan keluarga akan banyak melakukan inovasi di bidang teknologi (73%).
Jelas ini menunjukkan bahwa sekalipun ada anggapan bahwa membangun perusahaan keluarga itu tidak mudah. Stigma bahwa setelah generasi ketiga, kebanyakan perusahaan keluarga akan menurun atau bahkan bangkrut, jelas dari hasil riset di atas, kita bisa menganalisa bahwa hal tersebut tidaklah benar.
Banyak hal menarik, ketika kita bicara soal perusahaan keluarga. Dimana biasanya perusahaan keluarga itu masuk dalam beberapa sektor industri seperti: perusahaan teknologi, dan industri konsumen diskresioner, dan sektor kebutuhan sehari-hari. Dengan adanya hasil riset ini menunjukkan bahwa besarnya perusahaan keluarga itu didukung dengan beberapa hal seperti:
- Fokus dengan apa yang menjadi tujuan dari pendirian perusahaan;
- Konsisten dengan sistem manajemen yang djalankan dalam perusahaan; dan
- Perusahaan keluarga tersebut selalu melakukan riset sebelum membuat dan menjalankan strategi bisnisnya.
Memang sampai kapanpun yang namanya riset, selalu menjadi salah satu kegiatan yang penting dilakukan oleh sebuah perusahaan. Bukan semata karena riset adalah kegiatan pendahuluan yang penting dilakukan oleh pelaku bisnis, tetapi justru dengan risetlah sebuah perusahaan akan bisa lebih fokus dalam menjalankan roda perputaran bisnisnya.
TUJUH HAL YANG MEMBUAT RISET ITU PENTING BAGI PERUSAHAAN KELUARGA
Ada 7 hal penting yang harus menjadi perhatian para pengelola perusahaan keluarga, ketika mereka ingin perusahaan yang dikelolanya bisa berkembang dengan baik. Ingat bahwa perusahaan keluarga yang ada di dunia dapat menjadi besar, salah satunya karena mereka konsisten dalam melakukan riset.
Perusahaan itu melihat riset bukanlah sebuah kegiatan yang menghambur-hamburkan uang. Tetapi riset justru adalah sebuah upaya agar fokus yang saat ini dijalankan oleh perusahaan benar-benar sesuai dengan kondisi pasar yang sedang menjadi target pasarnya.
Hal-hal ini bisa menjadi dasar yang kuat bagi para pengelola perusahaan keluarga agar bisa secara kontinyu, melakukan aktivitas riset guna kelangsungan bisnis yang menjadi tanggungjawabnya:
- Dengan riset, perusahaan bisa melakukan analisa secara mendalam terkait tanggapan dan komentar pasar atas produk barang atau jasa yang dipasarkannya. Cara ini menjadi begitu efektif ketika perusahaan sedang melakukan uji terhadap produk yang akan masuk ke pasar.
- Perusahaan dapat dengan mudah menganalisa efektivitas dari kegiatan iklan atau promosi yang sudah dilakukan melalui riset. Sehingga dapat dengan cepat mengambil tindakan korektif atau penyempurnaan.
- Perusahaan bisa mendapatkan banyak bahan analisa yang bisa digunakan untuk tujuan pembuatan strategi pemasaran yang lebih tepat guna. Karena data-data yang diperoleh dari hasil riset adalah data riil sesuai dengan fakta di lapangan.
- Perusahaan akan mendapatkan informasi yang update dan akurat melalui riset. Tinggal bagaimana perusahaan menentukan arah dan tujuan kegiatan risetnya saja.
- Perusahaan bisa lebih objektif melihat sebuah masalah yang ada. Riset tidak akan bicara bohong, karena semua berdasarkan data dan fakta. Sehingga dengan hasil riset itulah, perusahaan bisa menentukan langkah selanjutnya.
- Perusahaan bisa melakukan identifikasi masalah yang terjadi di pasar melalui riset. Semakin cepat masalah diidentifikasi, maka semakin cepat pula solusi ditentukan. Sehingga ketika kondisinya kurang baik, dapat segera dicarikan solusinya agar bisa berubah menjadi positif.
- Melalui riset, perusahaan dapat menguji metode atau strategi bisnisnya sudah tepat? Bukan saja dalam hal waktu, tetapi tepat juga sesuai dengan visi dan misi perusahaan.
Demikianlah 7 hal yang membuat para perusahaan keluarga yang ada di Indonesia dan di dunia mampu bertahan hingga sekarang ini. Bukan sekadar berdiri, tetapi mampu secara meyakinkan melakukan transformasi dan berkembang sejak dari generasi pendiri kepada generasi selanjutnya. Riset bukan hanya sekadar kegiatan yang tanpa tujuan dan mengamburkan uang, tetapi justru riset adalah kegiatan kunci yang perlu dilakukan secara regular agar perusahaan selalu mampu menjawab tantangan perubahan yang ada.
Balada Tentang TAHU


oleh: Arief Lestadi, CBHA, QWP®️
Jika diantara mereka tidak ada yang TAHU;
Orang bodoh bilang “saya tidak TAHU” tapi
Orang bijak bilang “saya akan cari TAHU”
Ketika dia sendiri yang TAHU;
Orang congkak bilang “saya paling TAHU” tapi
Orang bijak bilang “mari saya beri TAHU”
Ketika berbagi PengeTAHUan;
Orang pelit membaginya sedikit sehingga
hanya mereka berdua yang TAHU
Sementara Orang bijak menyebarkan
keseluruh penjuru dunia sehingga
mereka semua TAHU.
Mentor saya dulu selalu mengatakan:
YOU DON’T KNOW WHAT YOU DON’T KNOW.
(kamu tidak tahu apa yang kamu tidak tahu)
Banyak sekali problematika hidup yang terjadi
karena pengeTAHUan kita kurang memadai.
Adanya masalah rumah tangga atau
ketidaknyamanan dalam bekerja/berbisnis
seringkali terjadi karena kita kurang TAHU;
atau bahkan karena kita terlalu sok TAHU.
Semoga bisa membantu refleksi Anda.
Saya lapar mau cari TAHU penyet dulu… 😁😁
Perlombaan Lari Dikejar Beruang | Singa | Harimau


Cerita ini sudah banyak yang tahu, saya cuma menceritakan ulang untuk menyemangati sahabat, kolega, bahkan anggota team saya.
Ceritanya begini…
Suatu ketika, team dari suatu media bertugas untuk mengamati perilaku beruang. Tentu Anda tahu beruang yang asli itu galak dan ganas, tidak seperti We Bare Bears atau Winnie The Pooh.
Setiap hari selain mengambil foto dan video, mereka sebenarnya harus bersaing antar teman sendiri. Ya.. karena begitu beruang merasa terusik, maka yang larinya paling lambatlah yang jadi santapan si beruang.
Ini sebenarnya sama persis situasinya di kantor kita. Tidak hanya dimasa pandemi seperti sekarang, bahkan juga dalam kondisi normal. Kita tidak perlu jadi yang tercepat, tapi PASTIKAN Anda bukan yang paling lambat. Kalau tidak… Mungkin besok giliran Anda yang dipecat!
Sekali lagi bukan cuma karena pandemi ada PHK. Ada kawan saya yang sudah bekerja 5 tahun pun menyerah dari kantornya, karena tiba-tiba sang pimpinan memasukan staf baru, yang walaupun seumuran, tapi lebih gesit dan lebih pandai. Kalau sudah begini, apakah Anda sudah punya Plan B? Siapkah Anda? Yuk ngobrol!
credit foto: tribun-news
#arieflestadi #nasconsulting #lifecoach #familycoach #businesscoach
Bekerja itu Ibadah, Jabatan itu Amanah


Ini bukan kalimat saya tapi kalimat mentor saya yg bercerita; beliau pernah marah dengan staf keuangannya. Btw, beliau pensiunan direktur grup swasta yg berkantor di Sudirman dgn ratusan anak perusahaan.
Ceritanya begini; menjelang lunch, beliau melihat bapak tua bersandar di samping kasir pembayaran vendor. Beliau menyapa dan bertanya, “Mengapa wajah Bapak terlihat kecewa?” Sang Bapak menjawab; dia sdh berjalan jauh dan macet utk ambil uang, tapi loket sdh tutup. Memang pembayaran hanya hari tertentu jam 10-12 dan saat itu belum jam 12.
Pak Direktur lalu ke dalam dan bertanya pada staf yg bertugas mengapa belum jam 12, loket sdh tutup? Dgn enteng stafnya menjawab, “Tadi sdh tdk ada orang. Lagipula Bapak tua itu tagihan kecil, cuma katering 10 juta. Biar saja dia menunggu smp istirahat siang selesai.”
Kontan beliau naik pitam, dan berkata “10 juta utk kamu mungkin kecil, namun bisa jadi sangat besar untuk vendor. Yg milyaran dibantu dgn senyum, krn biasanya ada donat atau roti utk kamu. Yg kecil kamu pasang muka ketus.”
“Kamu baru saja merusak ibadahmu. Krn kamu tdk amanah dgn jabatanmu.”
Ya..jgn kira Tuhan cuma ada di masjid atau gereja. Tuhan juga ada di tempat kerja. Semoga kita semua selalu ingat utk memberikan yg terbaik dlm pekerjaan kita.
Oleh: Arief Lestadi
Documentation Is Very Important


Once a banker was traveling by train. He was traveling from Johor Bahru to Kuala Lumpur. He was traveling alone.
Sometime later, a beautiful lady came and sat in the opposite berth. The banker was pleasantly happy.
The lady kept smiling at him. This made the banker even happier.
Then she went and sat next to him. The banker was bubbling with joy.
She then leaned towards him and whispered in his ear, “Hand over all your valuables, cash, cards, mobile phone to me or else I will shout and tell everybody that you are harassing and misbehaving with me.”
The banker stared blankly at her. He took out a paper and a pen from his bag and wrote, “I cannot hear or speak. You write on this paper whatever you want to say.”
The lady wrote everything that she said earlier and gave it to him. The banker took her note, kept it in his pocket.
He got up and told her in clear tones, “Now shout & scream!”
MORAL OF THE STORY: DOCUMENTATION IS VERY IMPORTANT
—
Siapa yang di perusahaannya masih belum mendokumentasikan SOP dan Instruksi Kerja?
Stress harus mengajari berulang-ulang setiap ada karyawan baru?
Kami bisa membantu… Hubungi kami segera. Konsultasi Gratis!