Venture Capital vs Venture Builder

Artikel kali ini akan menjelaskan mengenai perbedaan antara Venture Capital dan Venture Builder, serta seberapa siap kita menghadapi tantangan tahun 2020.

Sebelum kebagian penjelasan, silakan disimak dulu cerita berikut ini:
Ada seorang pebisnis startup bernama Andrew, usahanya menjual paket pelatihan teknis untuk segmen pertambangan dan oil & gas dengan mendatangkan pembicara ahli dari USA dan Eropa. Usaha ini bermula pada tahun 2013 dimana pada tahun pertamanya, langsung berhasil meraih omset sebesar Satu Milyar Rupiah. Merasa yakin usaha ini dapat terus berkembang, Andrew memindahkan tempat usaha yang tadinya hanya sewa apartment menjadi sewa kantor di pusat kota. Sayangnya tahun 2014 terjadi resesi global, namun alih-alih melakukan efisiensi, Andrew berkeyakinan bahwa usahanya tidak akan banyak terdampak, dia terus menggenjot promosi bahkan ke mancanegara, dan juga menambah modal karena kas perusahaan semakin menipis. Dalam keadaan genting, dia mengajak adiknya, Samuel, lulusan MBA dari Singapura untuk ikut serta mendongkrak kinerja perusahaan. Namun karena Samuel pun tidak mengerti model bisnisnya, dia tidak dapat berbuat banyak, sehingga usaha ini kemudian kandas di tahun 2016. 

Walaupun saat ini Anda tidak sedang berinvestasi atau memulai sebuah startup, secara tidak sadar bisa saja Anda mengikuti model Venture Capital ketimbang Venture Builder dalam menjalankan bisnis yang sedang Anda tekuni sekarang ini.
Sebagai pemilik, Anda terus-menerus menyuntikan waktu, tenaga, dan modal Anda kedalam bisnis, inilah yang disebut sebagai model Venture Capital.

Model Venture Capital merupakan bagian dari konsep Society 4.0 – the Information Society, dimana konsep ini memperkenalkan adanya tiga karakter dalam setiap bisnis:

  • The Founder, orang yang memulai bisnis dari sebuah ide yang briliant
  • The Funder, orang yang menginvestasikan uangnya supaya bisnis berkembang
  • The Farmer, orang yang bekerja untuk membuat bisnis berkembang

Sekarang ini, Anda bisa saja merangkap ketiganya sekaligus. Namun pada titik tertentu Anda harus memilih, bagian mana yang hendak Anda percayakan kepada orang lain. Dalam model bisnis Venture Capital, The Funder selalu bergantung kepada The Founder yang merangkap sebagai The Farmer. Itulah sebabnya, perusahaan-perusahaan investasi (Venture Capital) yang banyak menjamur belakangan ini, hanya menargetkan satu dari sepuluh investasi mereka yang akan sukses besar.

Namun waktu berubah, dalam konsep Society 5.0 – the Impact Society, kita belajar bagaimana caranya untuk membangun sebuah bisnis yang sehat. Model bisnis Venture Builder tidak lagi bergantung kepada The Founder untuk menjadi The Farmer.

Perusahaan seperti Google, Amazon, dan Apple membeli banyak perusahaan dan membantu para pendirinya untuk memperbesar skala usahanya. Dalam model Venture Builder, The Funder juga memiliki keahlian untuk menjadi The Farmer. Hasilnya, tingkat kesuksesan meningkat sangat pesat.
Penyebab bisnis gagal bukanlah karena mereka tidak dapat menjadi The Founder atau The Funder yang baik, melainkan karena mereka gagal menjadi The Farmer.

Dengan konsep baru ini, Anda tidak perlu bersusah payah lagi menjadi The Funder dengan menghabiskan seluruh tabungan untuk memperbesar skala usaha. Anda bisa bergabung dalam sebuah komunitas, asosiasi, atau perkumpulan para pengusaha yang memiliki mentor yang dapat membantu Anda untuk bisa naik kelas.

Belajarlah supaya tidak bernasib sama seperti Andrew dan Samuel yang meyakini hal yang salah dengan melakukan trial and error tanpa memiliki keahlian yang mumpuni.
Apakah Anda tahu, apa hal yang paling menyedihkan dari kejatuhan yang di derita Andrew? Setelah dia kehilangan segalanya, dia masih berkata “aku masih tidak mengerti apa yang salah dari bisnisku!?”

Mengutip apa yang dikatakan oleh Benjamin Franklin, “Satu hal yang lebih mahal daripada sebuah pelajaran adalah ketidakpedulian akan apa yang telah terjadi.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *