Microproductivity, solusi supaya kamu tidak stres dengan pekerjaan kantor

Beberapa hari terakhir saya merasa sangat overwhelmed dengan kesibukan saya, baik itu di dalam pekerjaan maupun di kehidupan personal. Kalau saja Naruto menawarkan saya untuk mempelajari jurus ninja Kagebunshin-no-jutsu, pasti saya tidak akan menolaknya :p
Karena ilmu membelah diri belum bisa saya pelajari hingga detik ini, maka langkah logis yang saya tempuh adalah berselancar di internet untuk mencari artikel motivasi. Dan kebetulan saya menemukan artikel dari Trello yang pas untuk masalah saya.
Perkenalkan, Microproductivity.
Sederhananya, Microproductivity merupakan kiat memecah pekerjaan yang besar menjadi komponen-komponen kecil. Menurut Melissa Gratias, seorang productivity coach, alih-alih melihat sebuah pekerjaan besar sebagai momok yang menakutkan, memecahnya menjadi komponen kecil akan merubah cara pandang kita.
Ini erat kaitannya dengan keterbatasan yang dimiliki oleh otak manusia. Sadarkah kamu bahwa ketika kita membaca, otak kita lebih sering melakukan scanning ketimbang reading? (Jujur, apakah kamu cuma membaca kalimat yang di-bold? Ya, saya sengaja melakukannya.) Otak kita pun lebih menyukai membaca listicle ketimbang artikel panjang.
Lantas apa hubungannya dengan Microproductivity? Sama halnya dengan membaca artikel, memecah tugas besar ke dalam komponen kecil (contohnya, ke dalam to-do-list atau checklist) ini membantu otak kita mencerna pekerjaan besar tersebut. Hasilnya, ini memudahkan kita untuk mengidentifikasi bagian mana yang harus dikerjakan pertama kali, tugas mana yang paling penting dan urgent, dan apa langkah yang selanjutnya harus diambil.
Sumber: TIA EDU, Tech-in-Asia