Category: NAS
Yes! We got through it well
Apresiasi dan terima kasih yang tulus dari lubuk hati untuk para klien dan mitra bisnis atas dukungan dan kepercayaan kepada kami, NAS Consulting & Research.
Dengan menerapkan sendiri prinsip #agility dan #resiliency yang kami bagikan kepada para klien, kami bangga bahwa dimasa sulit akibat pandemi Covid-19, bisa membuktikan bahwa kami tidak menjual “omong kosong”.
Hasilnya, tahun 2020, kami tetap tumbuh positif, bahkan cukup memuaskan.
Sekali lagi terima kasih banyak untuk para klien dan mitra bisnis. Suatu kehormatan dan kebahagiaan untuk kami bisa berjalan bersama dengan Anda semua.
“𝑊ℎ𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑒𝑝𝑠 𝑦𝑜𝑢 𝑎𝑤𝑎𝑘𝑒 𝑖𝑠 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑖𝑛𝑢𝑖𝑡𝑦 𝑜𝑓 𝑦𝑜𝑢𝑟 𝑏𝑢𝑠𝑖𝑛𝑒𝑠𝑠.
𝑇𝑜𝑔𝑒𝑡ℎ𝑒𝑟 𝑤𝑒 𝑔𝑟𝑜𝑤 𝑦𝑜𝑢𝑟 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑎𝑛𝑦 𝑎𝑛𝑑 𝑚𝑎𝑘𝑒 𝑖𝑡 𝑠𝑢𝑠𝑡𝑎𝑖𝑛𝑎𝑏𝑙𝑒.”
𝑨𝒓𝒊𝒆𝒇 𝑳𝒆𝒔𝒕𝒂𝒅𝒊, 𝑭𝒐𝒖𝒏𝒅𝒆𝒓 & 𝑪𝑬𝑶
Every customer is unique, listen to each of them
Masih teringat jelas, kejadian beberapa tahun silam. Team saya meminta didampingi untuk bertemu dengan pimpinan customer yang katanya sudah naik pitam karena ulah team project kami.
Kami segera berdiskusi untuk menggali akar masalah dan memutuskan beberapa alternatif sebagai amunisi saat bertemu customer. Berhubung kami ini engineering company, solusi2nya lebih banyak bersifat teknis.
Hari pengadilan tiba, kami duduk di kursi pesakitan dimana customer yang buas siap menerkam kami. Saya mempersilahkan customer mengungkapkan semua uneg2nya.
Anehnya.. Saya tidak menemukan hal teknis dalam concern sang pimpinan. Karena itu saya ubah haluan, ganti layar.. Kami sampaikan bahwa kami paham dan siap mendukung cita-cita sang pimpinan.
Akhir cerita, kami mendapatkan kembali kepercayaan sang pimpinan, malah pulang membawa tambahan order.
Setiap customer itu unik, punya motif atau kepentingan pribadi masing-masing.
Dengarkan mereka satu persatu, dukung dan bantu wujudkan cita-citanya.
Niscaya kamu dapatkan kepercayaan dan order darinya.
oleh: Arief Lestadi, CBHA, QWP
#indonesia
#salesmarketing
#salesstory
#ceritasales
#jakarta #bandung #surabaya
Segitiga Proses
Banyak orang dan bisnis di luar sana iri dengan kesuksesan pribadi atau perusahaan lain, lantas tertantang mencoba menyamai atau melampauinya.
Tapi seringnya, mereka tidak ingat bahwa ada proses yang harus dilalui. Saya ada memberikan konsultasi dimana pebisnisnya tidak sabaran dan prinsip ekonominya ketat banget, “resources sehemat mungkin, growth setinggi mungkin.” Lha.. Mana bisa?
Lihat saja pribadi atau perusahan sukses itu mereka USAHA keras bertahun-tahun untuk mencapai posisi sekarang. Lha ini baru setahun sudah bilang, “you underperformed, bye!” lalu hire orang baru, setahun ganti lagi, terus saja sampai orang ke-5, dan berhasilll… Yeayy…
Berarti orang ke-5 ini hebat? Belum tentu.. Itu sudah 5 orang x 1 tahun berarti total WAKTU nya sudah 5 tahun. Ya wajar kalau berhasil.
“Tapi saya gak mau nunggu 5 tahun, Mas.. Keburu bubar usahanya.”
Ya kalau gitu hire 5 orang, kan jadinya 5 USAHA x 1 WAKTU = 1 USAHA x 5 WAKTU.
“Kurang, Mas.. Harus lebih cepat lagi!”
Nah kalau gitu tambah satu faktor lagi, yaitu DOA. Jangan cuma doa satu orang, tapi doa banyak orang. Karena itu coba check, apa bisnismu berdampak positif untuk banyak orang? Supaya mereka juga ikut doain! Atau CSR nya digerakkan.. Supaya dapat doa juga.
USAHA x WAKTU x DOA
Niscaya akan berhasil!
Mau ngajak saya ngopi ?
oleh: Arief Lestadi, CBHA, QWP
Pengalaman Tidak Akan Pernah Usang
Beberapa waktu yang lalu saya membaca status dari salah satu kawan yang berpesan supaya kita tidak sekedar membanggakan pengalaman, karena orang lain terutama kaum muda sangat inovatif dan cepat dalam mengejar ketertinggalan.
Bagi saya, pengalaman tidak akan pernah menjadi usang. Cepatnya kaum muda untuk catch-up, karena mereka secara konsisten melahap sejumlah pengetahuan, entah itu dari buku, internet, dan media sosial. Pengetahuan itu sejatinya dari pengalaman juga, tapi bukan pengalaman pribadi, melainkan pengalaman orang lain.
The Intern: Experience never goes out of fashion
Foto pada tulisan saya ini diambil dari film 𝑰𝒏𝒕𝒆𝒓𝒏, yang dibintangi oleh Anne Hathaway dan Robert De Niro. Robert adalah seorang veteran VP Sales perusahaan Yellow Pages, yang sudah tutup, karena tentu saja di era digital ini, siapa lagi yang melihat buku kuning tebal itu? Sementara Anne adalah pendiri dan pemimpin startup fashion yang kesuksesannya melejit dalam waktu kurang dari 2 tahun. Saya merekomendasikan Sobat NAS yang belum, untuk menonton film tersebut.
Anne awalnya menganggap Robert hanya sebagai pengganggu, karena meyakini si tua ini tidak akan mengerti ritme kerja startup. Namun Robert membuktikan bahwa pengalamannya selama puluhan tahun memperkaya perusahaan untuk bisa mengambil keputusan yang baik dengan cepat. Demikian pula sebaliknya, Robert yang kesulitan dalam membuat akun Facebook dibantu oleh Anne supaya dia bisa mengikuti trend masa kini.
Kolonial vs Milenial
Singkatnya, terkadang orang yang sudah berumur mengalami apa yang disebut “𝒑𝒐𝒔𝒕 𝒑𝒐𝒘𝒆𝒓 𝒔𝒚𝒏𝒅𝒓𝒐𝒎𝒆” sehingga menganggap mereka yang usianya lebih muda tidak tahu apa-apa. Demikian sebaliknya yang muda juga sering menganggap orang yang berumur adalah orang kolot, kuno, dan tidak berguna lagi.
Karena itu dibutuhkan rasa mawas diri, rendah hati, dari siapapun juga untuk bisa survive, terutama di Era New Normal, yang saya yakini belum ada seorang pun yang memiliki pengalaman menghadapi pandemi sehebat ini. Jika Anda adalah anak muda yang tersinggung dengan ucapan yang lebih tua, atau Anda adalah orang berumur yang merasa lebih pengalaman dari anak muda. Baiknya kecilkan ego Anda supaya dunia ini tidak penuh sesak dengan energi yang kurang positif. Karena kita butuh kerjasama yang kompak untuk mengatasi Resesi Dunia kali ini.
Menikmati Proses Menuju Kesuksesan
Ada seorang motivator yang mengatakan, “kalau kamu tidak mau membayar harga untuk kesuksesanmu, maka kamu akan dibayar untuk mewujudkan kesuksesan orang lain.”
Sesulit itukah untuk sukses? Apakah memang sukses perlu pengorbanan, cucuran air mata, keringat, dan darah? Pernahkah kamu melihat pebisnis yang susah payah membangun bisnis, namun ditipu pelanggan hingga bangkrut, atau seorang profesional yang kerja pagi siang sore malam, namun karirnya mandek?
Atau pernahkah kamu mendengar ada profesional yang baru pindah kantor, dalam 6 bulan sudah promosi jadi supervisor, dan setahun kemudian promosi jadi manager?
Saya setuju bahwa sukses memerlukan proses. Mie instant saja tidak bisa langsung dimakan, paling cepat tetap perlu 3 menit untuk menyiapkannya. Saya setuju bahwa ada harga untuk menuju kesuksesan, bisa berupa materi, waktu, tenaga, pikiran, namun penderitaan bukanlah harga sebuah kesuksesan.
Kunci kesuksesan sebenarnya terletak pada bagaimana kamu menikmati proses menuju kesuksesan. Kalau pikiranmu damai, hatimu ikhlas, dan tubuhmu bahagia, niscaya kesuksesanmu di depan mata. Amin.
Hikmah Dalam Setiap Keputusan
Saya teringat dulu semasa bekerja, sering memprotes keputusan yang diambil atasan, karena menurut saya dasar pengambilan keputusan kurang kuat.
Memang keputusan yang diambil, baik dalam keluarga, kantor, maupun negara, kerap tidak sesuai dengan keinginan kita, namun salah satu mentor saya berpesan, “keputusan yang diambil adalah benar dan terbaik saat keputusan tersebut diambil.”
Masih ingat Henry Ford pernah berkata, “If I had asked people what they wanted, they would have said faster horses.” (jika saya bertanya kepada orang banyak apa yang mereka mau, mereka pasti akan menjawab kuda yang lebih cepat). Kalau saja Henry Ford tidak ngeyel membuat mobil, ketimbang kereta kuda yang lebih cepat, tentu kita tidak memiliki mobil seperti sekarang ini.
Dalam menanggapi sebuah keputusan, kita kerap defensif. Padahal bisa jadi sang pengambil keputusan mengetahui hal yang tidak kita tahu, sesuatu yang lebih helicopter view. Masih ingat keputusan mengenai Busway yang dulu diprotes namun sekarang dinikmati banyak orang? Jadi… meniru slogan teh botol sosro, pesan saya adalah, “apapun keputusannya… selow aja brayy…!!”
Data Based Research
Data Based Research, Sarana Efektif bagi Perusahaan Mengembangkan Bisnis Berdasarkan Potensi Pasar
Siapa tidak kenal perusahaan sekelas GOJEK yang sukses dengan aplikasi transportasinya. Dan tentunya anda juga tahu BANK MANDIRI, sekalipun berbeda core-business-nya, namun satu hal yang bisa kita ambil benang merahnya dari kedua perusahaan ini adalah bahwa mereka telah memanfaatkan Big Data untuk kelangsungan bisnis yang mereka jalankan.
Bicara soal Big Data, saat ini bisa dikatakan kondisinya berbeda dengan masa sebelum Era Industri 4.0. Dimana saat ini pelaku bisnis semakin concern terkait keberadaan datanya. Itulah yang mendasari pada akhirnya semakin banyak pelaku bisnis yang mencoba mengoptimaliasi sistem operasionalnya dengan hasil analisis yang berasal dari Big data.
Sekadar memberikan contoh perspektif bisnis terkait Big Data. Maka kita akan menemukan istilah yang disebut Analisis berbasis Big Data. Secara bisnis, penggunaan Analisis berbasis Big Data salah satunya untuk mengungkap pola tersembunyi serta kaitannya yang menyangkut soal bisnis. Dimana hal itu menjadi sangat penting mengingat saat ini sedang terjadi kondisi tidak biasa akibat dampak Covid-19. Sehingga memerlukan strategi bisnis yang tidak biasa juga untuk dijalankan suatu perusahaan.
Ambil contoh apa yang disampaikan oleh Rogers Communications, perusahaan yang cukup terkenal di Kanada. Saat ini Rogers adalah perusahaan yang berfokus dalam bidang komunikasi dan media massa. Core-business-nya terdiri dari beberapa bidang, seperti: komunikasi nirkabel, televisi kabel, telepon, dan konektivitas internet.
Ada hal menarik yang dikemukakan oleh Rogers bahwa Analisis berbasis Big Data telah membantu mereka dalam meningkatkan kepuasan pelanggan dan mempertahankan eksistensi serta dominasinya dalam sektor media dan telekomunikasi di Kanada. Inilah yang pada akhirnya menjadi salah satu contoh bagaimana sebuah Analisis berbasis Big Data menjadi suatu yang penting, terutama dalam Era New Normal.
PROSES MEMPEROLEH DAN ANALISIS DATA UNTUK PENGEMBANGAN BISNIS
SUMBER: American Institutes for Research
Bicara soal Big Data, banyak dibahas bagaimana perusahaan besar mampu mempertahankan eksistensinya dengan penggunaan metode tersebut. Namun satu hal yang perlu kita ingat bahwa tidak semua perusahaan memiliki dana yang cukup untuk memperoleh Big Data dan menjadikannya efektif.
Di luar kondisi tersebut, sejatinya untuk menghasilkan sebuah analisis data yang cukup komprehensif, setiap perusahaan tidak harus melakukannya sendiri. Dapat pula dengan meminta bantuan perusahaan yang khusus bergerak di bidang riset, salah satunya adalah NAS Consulting & Research.
Dengan kemampuan dan kehandalannya dalam melakukan metode riset, seperti: Desk Study & Analysis, Quantitative Survey, dan Qualitative Survey, NAS dapat dijadikan mitra kerja yang cukup fleksibel dalam hal yang berhubungan dengan memperoleh data dan analisis data.
Lebih lanjut tentang layanan yang bisa dilakukan oleh NAS terkait memperoleh data dan analisis data bagi perusahaan, diantaranya: (1) Online & offline research, statistic study, hingga data analysis untuk yang terkait dengan desk study & analysis.
Sementara untuk quantitative dan qualitative survey, NAS dapat melayani permintaan random/intercept survey, predefined survey, focus group discussion, serta in-depth interview. (2) Dari hasil survey yang didapat, kemudian akan dibuatkan analisis yang bisa disesuaikan secara khusus dengan kebutuhan klien. Itulah yang membedakan konsep kerja yang diberikan oleh NAS Consulting & Research dengan perusahaan lainnya.
Orientasi pada keberhasilan dan selalu mengedepankan target yang ingin dicapai oleh klien. Itulah poin plus yang selalu menjadi perhatian untuk NAS dalam perannya menjadi mitra kerja para pelaku bisnis. Hal itu telah dilakukan jauh sebelum terjadinya pandemi Covid-19. Sehingga pada saat Era New Normal ini, NAS memiliki keunggulan karena sudah berpengalaman dalam memberikan layanan yang berhubungan dengan riset dan analisis data.
Karena sebenarnya tujuan utama dari analisis data, baik yang diperoleh melalui Big Data ataupun Survey adalah sama, yaitu: untuk meningkatkan tingkat kepercayaan perusahaan dalam pengambilan suatu keputusan atau kebijakan. Dimana kesimpulan yang diputuskan oleh suatu perusahaan sebaiknya didasarkan pada hasil analisis data yang berdasarkan riset.
Dalam melakukan sebuah transformasi bisnis, penting untuk memperhatikan kondisi yang terjadi disekitarnya. Jika saat ini banyak perusahaan fokus dalam mengembangkan Analisis berbasis Big Data, sebenarnya ada 3 hal penting yang mendasarinya: (1) Aktivitas tersebut dapat secara signifikan mengurangi biaya, (2) Aktivitas tersebut dapat menjadi dasar yang kuat dalam pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan strategi bisnis, (3) Aktivitas tersebut juga dapat menjadi dasar bagi pengembangan bisnis yang ada di dalam perusahaan.
Yang pasti saat ini, ketika kondisi ekonomi makro sedang kurang baik, termasuk kinerja perusahaan yang sedang mengalami tren penurunan. Satu hal yang bisa dipertimbangkan oleh pelaku bisnis atau manajemen perusahaan adalah dengan melakukan riset yang komprehensif. Karena dari hasil analisis data itulah perusahaan akan mendapatkan banyak hal penting bagi kelangsungan bisnis:
(1) Perusahaan mampu melakukan identifikasi adanya peluang bisnis yang baru, (2) Perusahaan akan lebih cepat mengambil keputusan, sehingga pergerakan bisnis menjadi lebih cepat dan efisien, (3) Pelayanan yang diberikan kepada pelanggan menjadi lebih tepat sasaran, dan pastinya (4) Laba atau pendapatan yang diharapkan menjadi meningkat.
Virtual Team Building, Strategi Menjaga Semangat Tim di Era New Normal
Menjaga semangat team di kondisi seperti saat ini tidaklah mudah. Terlebih perusahaan menghadapi dilema di masa sulit ini, diantara mengurangi atau mempertahankan karyawan yang ada. Jika salah dalam menentukan langkah, bisa jadi bukan untung yang diperoleh tetapi malah perusahaan bisa saja mengalami kerugian ganda.
Sebuah team yang kompak memang menjadi harapan semua pihak. Setidaknya ada 5 hal yang membuat perusahaan membutuhkan team yang kompak: (1) Bisa meningkatkan efisiensi kerja; (2) Mampu menciptakan banyak ide kreatif, sehingga perusahaan akan selalu produktif; (3) Mampu membagi tugas dengan baik sehingga bisa meringankan beban kerja secara keseluruhan; (4) Bisa berbagi energi positif dengan rekan satu team sehingga target-target yang diharapkan manajemen bisa tercapai; (5) Team yang kompak secara terus-menerus pada akhirnya dapat menjadi culture yang baik untuk menjaga semangat perusahaan, terutama disaat kondisi turbulensi seperti sekarang ini.
Untuk menjaga team tetap kompak bisa dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya: melakukan kegiatan bersama-sama, misalnya makan atau nonton bareng; membuat permainan atau aktivitas yang bisa melibatkan semua team, misalnya acara perlombaan atau kompetisi; bisa juga membuat kegiatan luar ruang untuk memperkuat kekompakan dan kebersamaan, seperti gathering atau team building. Tetapi sayangnya hal-hal tersebut menjadi sulit dilakukan pada kondisi pandemi Covid-19.
Lantas apakah kita harus pasrah melihat semangat team terus menurun? Bagaimana cara membuat sebuah team tetap kompak di Era New Normal?
Adalah NAS Consulting & Research, sebuah perusahaan layanan yang fokus memberikan pendampingan kepada banyak perusahaan yang saat ini mengalami kesulitan dalam membangun dan menjaga semangat teamnya. Dengan kemampuan dan pengalaman dalam banyak kegiatan team building yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan, NAS sukses memberikan dukungan kepada banyak perusahaan melalui experiential learning dan team building dalam membangun dan mempertahankan team yang kompak.
Salah satu inovasi yang dilakukan NAS untuk menghadapi kondisi pandemi Covid-19 dan menyambut Era New Normal adalah dengan membuat kegiatan virtual team building. Mungkin ada yang bertanya, kegiatan apakah itu? Virtual team building adalah kegiatan team building yang dilakukan secara virtual, dimana para pesertanya mengikuti acara dari kediaman mereka masing-masing menggunakan teknologi video conferencing system, seperti: Zoom Cloud Meeting, Microsoft Teams, ataupun Cisco WebEx.
Virtual team building menjadi salah satu alternatif solusi bagi perusahaan terutama apabila perusahaan baru saja melakukan langkah yang dianggap tidak populer oleh karyawan, seperti: unpaid leave (dirumahkan tanpa digaji), pensiun dini, atau bahkan pemutusan hubungan kerja (PHK), untuk menjaga motivasi para karyawan yang masih aktif untuk tetap mempertahankan kinerja mereka.
Melalui kegiatan virtual team building yang dirancang secara khusus, dapat meninggalkan suatu yang berkesan bagi para karyawan. Beberapa kesan positif yang biasanya timbul setelah acara, adalah:
(1) Karyawan merasa diapresiasi sehingga akan semakin loyal kepada perusahaan; (2) Karyawan merasa diberikan ruang untuk berekspresi dan berinovasi, sehingga dapat berusaha maksimal dalam melakukan pekerjaannya; (3) Karyawan merasa mendapat dukungan dan kepercayaan dari Perusahaan, dan (4) Mempererat hubungan antara manajemen dengan karyawan, melalui permainan-permainan yang sudah disesuaikan dengan visi, misi, dan value perusahaan.
Kegiatan ini terlihat sederhana dan mudah dilakukan secara mandiri atau berpikir cukup dengan menyewa layanan team building yang umum ditemui di tempat-tempat wisata. Namun dalam keadaan serba terbatas seperti sekarang ini, sebaiknya perlu berhati-hati, karena apabila kita salah dalam pelaksanaanya maka yang terjadi adalah sebaliknya, kita hanya akan membuang-buang uang tanpa memperoleh hasil yang optimal. Karena itu pilihlah perusahaan yang memang memiliki kompetensi dan berpengalaman dalam pelaksanaan virtual team building.
Jadi jangan tunda kesempatan Anda untuk mengadakan virtual team building, karena saat inilah waktu yang tepat untuk membangun dan menjaga team supaya tetap kompak. Di saat kondisi ekonomi sedang tidak kondusif, cara terbaik yang dapat dilakukan perusahaan adalah memperkuat team yang ada, sehingga pada saat ekonomi pulih dan kondisi kembali normal, maka team yang kompak akan selangkah lebih maju menuju kinerja yang terbaik untuk perusahaan.
Strategi Memenangkan Bisnis dengan Mengoptimalkan Analisa Data
Bicara bisnis adalah bicara soal bagaimana mengoptimalkan sebuah strategi. Dimana strategi yang akan dijalankan sebaiknya adalah strategi yang mampu mengoptimalkan kondisi yang ada bukan sebaliknya. Itulah mengapa, ketika Era New Normal mulai ditetapkan oleh Pemerintah, satu hal yang harus menjadi perhatian para pelaku bisnis adalah mencoba mengubah strategi bisnis yang ada agar tetap survive.
Era New Normal, sesuai perspektif bisnis adalah sebuah kondisi dimana berlakunya tatanan baru dalam beradaptasi dengan kondisi Covid-19 yang ada. Tidak mudah memang melakukan adaptasi, ketika hampir semua indikasi ekonomi sedang mengalami tren penurunan. Sebut saja dari beberapa kondisi yang ada seperti di sampaikan oleh pengamat bahwa hingga 2Q20 Indeks Kepercayaan Konsumen menunjukkan tren yang menurun sekitar -33,7% yoy hingga akhir Juni 2020.Penjualan mobil juga mengalami tren penurunan yang cukup dalam hingga -70,4% yoy dari 2Q19 yang masih tercatat di angka -10,7% yoy. Begitu pula dengan kondisi yang terjadi pada sektor penjualan sepeda motor ikut mengalami penurunan hingga -79,7% yoy dari 2Q19 yang masih berada di angka -0,01% yoy.
Penurunan bukan saja terjadi pada industri otomotif. Pada industri semen pun mengalami penurunan. Industri yang sangat berpengaruh pada sektor konstruksi hingga memasuki 2Q20 belum juga menunjukan angka pertumbuhan yang positif. Posisi penjualan semen hingga 2Q20 mengalami penurunan dari -7,1% yoy pada 2Q19 menjadi -20,4% yoy pada 2Q20. Terjadinya tren penurunan juga di alami oleh sektor konsumsi Pemerintah, dari 8,2% yoy pada 2Q19 turun menjadi -1,55% yoy pada 2Q20.
Dari beberapa kondisi diatas, kita bisa melihat bahwa saat ini memang bagi pelaku bisnis kondisinya cukup memprihatinkan. Dimana beberapa kondisi ekonomi sedang mengalami penurunan. Sehingga perlu adanya strategi jitu bagi para pelaku bisnis agar memburuknya ekonomi makro Indonesia tidak terlalu berdampak pada kondisi bisnis perusahaan.
STRATEGI BISNIS MENGGUNAKAN DATA HASIL ANALISA RESEARCH YANG TERSTRUKTUR
Bisnis adalah bisnis, semua hal bisa terjadi dalam kurun waktu yang tidak kita duga sebelumnya. Namun satu hal yang harus kita ingat bahwa dalam kondisi apapun, sebuah bisnis seyogyanya di jalankan dengan berpedoman pada data dan analisa yang tepat. Karena tanpa adanya dasar yang menguatkan sebuah strategi, mustahil kebijakan yang diambil oleh perusahaan akan bisa mengubah kondisi yang semula negatif menjadi positif.
Konsep kerangka berpikir seperti itulah yang coba dikembangkan oleh NAS Consulting & Research. Sebuah perusahaan yang mengkhususkan diri dalam pemberian jasa seperti: business advisory, assessment, & consultancy, market research, dan people development. Dimana terkait keinginannya untuk bisa memberikan kontribusi positif bagi pelaku bisnis maka perusahaan menawarkan layanan untuk membuat atau mereview strategi bisnis menggunakan data hasil analisa research.
Ada dua pendekatan yang biasanya diberikan oleh NAS ketika membantu perusahaan dalam melakukan pemetaan masalah terkait penentuan strategi bisnis di Era New Normal. Pertama adalah pendekatan research yang berdasarkan data kualitatif yang cocok untuk Business-to-Business (B2B) dan kedua adalah pendekatan research yang didasarkan data kuantitatif yang cocok untuk Business-to-Consumer (B2C).
Bagi pelaku bisnis, dengan adanya data yang dihasilkan dari kedua research tersebut jelas memberikan satu perspektif bisnis yang nyata. Karena kedua metode research tersebut secara nyata memang mampu menggali masalah atau kebutuhan yang ada menjadi lebih jelas. Ambil contoh research berdasarkan data kualitatif, dengan menggunakan metode: in-depth interview (IDI) atau focus group discussions (FGD).
Analisa data yang bisa didapat oleh perusahaan, diantaranya: (1) Lebih memahami kesulitan yang mungkin dihadapi oleh pelanggan. (2) Mengetahui apa saja permasalahan yang sebenarnya dihadapi oleh perusahaan ataupun pelanggan. (3) Menentukan apakah ada perubahan daya beli ataupun jumlah pelanggan di kala Era New Normal. Sehingga pada akhirnya perusahaan bisa melakukan analisa dan mencari alternatif solusi dari masalah yang ada.
CASE STUDY INDUSTRI MUSIK YANG DI KAITKAN DENGAN APLIKASI STREAMING
Contoh berikut ini adalah bagaimana kita bisa menarik satu kesimpulan dari kondisi yang ada berdasarkan data analisa kuantitatif. Dari hasil survey yang dilakukan, ternyata beberapa hal menarik yang bisa diambil, sebagai berikut: (1) Orang memilih musik tertentu, salah satunya didasarkan pada suasana hatinya. (2) Orang memutar musik yang sama berulang-ulang karena menyukai syair musik tersebut. (3) Orang memutar musik tertentu pertama kali karena adanya rekomendasi yang diberikan oleh orang lain. (4) Dan yang terakhir dari hasil survey di dapat bahwa para millennials suka mendengarkan musik-musik yang sedang hits.
Data yang dihimpun seperti informasi di atas, dapat diimplementasikan pada strategi bisnis yang akan diambil oleh perusahaan. Ambil contoh perusahaan yang bergerak dalam industri pembuatan aplikasi streaming. Maka setelah mendapatkan data diatas, beberapa strategi yang bisa dijalankan diantaranya seperti: (1) Perusahaan akan membuat aplikasi dengan kategori musik berdasarkan suasana hati, seperti: Relax, Chill, Refreshing, Powerful, dll. Dimana kategori tersebut untuk mempermudah para pendengar menyesuaikan musiknya sesuai dengan suasana hatinya. (2) Perusahaan akan membuat aplikasi streaming berdasarkan fitur Recent Played, yaitu: fitur yang mampu memutar ulang musik-musik yang baru saja diputarnya. (3) Perusahaan akan membuat aplikasi streaming yang terhubung dengan media sosial, fitur ini bertujuan agar pedengar bisa saling terkoneksi dengan teman-temannya dan dapat mengetahui musik apa saja yang sedang di dengarkan oleh mereka. (4) Terakhir perusahaan akan membuat fitur yang menginformasikan music apa saja yang saat ini sedang hits atau populer. Keberadaan fitur-fitur itu menjadi tepat dan sudah pasti akan diminati, mengingat terciptanya fitur tersebut berdasarkan kondisi survey yang dilakukan oleh perusahaan.
NAS HADIR MEMBERI SOLUSI BUKAN SEKEDAR JANJI
Layanan ini menjadi layanan unggulan yang diberikan NAS kepada pelaku bisnis di Indonesia. Menebar semangat positif bahwa di Era New Normal ini kita tidak seharusnya takut atau merasa belum siap terhadap perubahan, justru inilah saatnya kita mencoba menggali potensi yang dimiliki. Dimana perusahaan tidak perlu ragu, karena dengan kompetensi yang dimiliki NAS, perusahaan bisa mendapatkan perspektif baru dalam melihat peta pertarungan bisnis yang ada sehingga dapat menyesuaikan kondisi perusahaan.
Perspektif bisnis yang diberikan memang bukan analisa yang tanpa dasar, melainkan sebuah upaya untuk membantu pelaku bisnis dalam menentukan strategi bisnis seperti apa yang cocok untuk dijalankan perusahaan berdasarkan hasil research, baik dengan metode kualitatif atau kuantitatif.
Pada akhirnya, kehadiran NAS diharapkan bisa menjadi mitra strategis bagi pelaku bisnis. Karena sukses tidaknya perusahaan dalam mengambil satu strategi bisnis dalam Era New Normal bukanlah perkara mudah. Mengingat saat ini kondisi makro ekonomi Indonesia sedang dalam masa transisi. Tetapi kita harus memiliki keyakinan bahwa data yang diperoleh dari research, jika dianalisa secara benar, maka dapat menghasilkan strategi bisnis yang tepat, sehingga bisa menjadi salah satu upaya untuk mempertahankan kondisi perusahaan agar terhindar dari kerugian yang besar.
Coach vs Mentor vs Trainer
Banyak orang menganggap Coach, Mentor, Trainer itu sama aja. Pembedaan penyebutan hanya utk gaya-gayaan saja. Padahal kalau kita merujuk ke bahasa asalnya, bahasa inggris, ketiga tipe pembimbing ini memang nyatanya berbeda.
𝐂𝐨𝐚𝐜𝐡
- Lebih banyak memberi inspirasi / membuka cakrawala berpikir
- Bersifat umum, menjangkau banyak orang
- Memotivasi dan berfokus pada masa depan
- Biasanya tampil dengan dandanan rapi, elegant/lux, menunjukkan kesuksesan dan keberhasilan
- Banyak mengadakan seminar dengan durasi singkat 1 – 3 hari sebagai door opener untuk masuk dalam sesi private coaching yang lebih panjang dan lebih mahal
- Kamu harus memiliki disiplin diri yg tinggi untuk bisa mengaplikasikan ilmunya, karena Coach tdk mendampingi kamu, hanya memberikan inspirasi dan panduan dasar
- Ilmunya didapat dari ketekunannya membaca buku, mengikuti pelatihan, sertifikasi, dan mencari benang merah dari semuanya, dan memformulasikannya menjadi sesuatu yg menarik dan berguna bagi banyak orang
𝐌𝐞𝐧𝐭𝐨𝐫
- Ilmunya spesifik, ahli dalam 1 atau beberapa bidang saja
- Biasanya kaya raya dan sukses dari bidang yang ia tekuni
- Mentor umumnya tidak jualan seminar, bahkan lebih suka ngobrol daripada bicara di panggung
- Kamu perlu meminta, jika ingin beliau utk jadi mentormu
- Terkadang kamu harus bersedia kerja tanpa dibayar untuk belajar langsung ilmu yang beliau miliki
- Mentor biasanya tidak mengadakan seminar, langsung on-the-job training dan bisa berlangsung berbulan-bulan
- Ilmunya didapat dari pengalaman, bahkan mungkin beliau bukan bergelar Doktor atau Master, tapi tetap luar biasa
𝐓𝐫𝐚𝐢𝐧𝐞𝐫
- Mirip seperti guru atau dosen jika di institusi formal
- Sangat terstruktur dan sistematis dalam membagikan ilmunya
- Biasanya menjual training, paling singkat 3 – 5 hari, bahkan trainer olah raga atau program sertifikasi bisa sampai berbulan-bulan
- Trainer mendampingi para trainee nya untuk belajar, menyelesaikan semua materinya, sampai berhasil
- Bisa jadi tidak kaya raya, passionnya memang mengajar, membagikan ilmu, bukan memperkaya diri
- Ilmunya didapat dari kombinasi pengalaman dan pelajaran yang didapatkan dari program sertifikasi yang diikuti sebelumnya
Demikian kira-kira semoga bisa membantu, supaya tidak asal manggil Coach.. Coach.. Jujur, saya kadang risih kalau dipanggil Coach, karena saya sebenarnya seorang Konsultan & Researcher. Nah lho.. Apalagi tuh? Besok-besok dijelaskan yahh..
𝑏𝑦 𝐴𝑟𝑖𝑒𝑓 𝐿𝑒𝑠𝑡𝑎𝑑𝑖, 𝑁𝐴𝑆 𝐶𝑜𝑛𝑠𝑢𝑙𝑡𝑖𝑛𝑔 & 𝑅𝑒𝑠𝑒𝑎𝑟𝑐ℎ